Kisah Ibu Tunanetra Dampingi Anak Sekolah Daring Selama Pandemi
- bbc
"Ada kekhawatiran, ketika [kembali] bertatap muka anak kaget dengan materi yang sekarang.”
"Di saat kita ingin memberikan yang terbaik buat anak, kita terkendala keadaan," tutur Popon yang merasa kesulitan, bahkan untuk sekadar mengajarkan anaknya membuat garis lurus.
Merasa kebingungan
Popon pernah merasa kebingungan, saat anaknya ditegur guru karena membuat tabel dengan garis yang tidak lurus.
Padahal, anaknya sudah memakai penggaris setiap membuat tabel. Setelah tiga kali ditegur, Popon mengadu ke orang tua murid lain dan disarankan membeli penggaris baru.
"Eh tahunya benar dari penggaris masalahnya. Soalnya aku sekolah, dari kelas 4 SD sampai kuliah, nggak pernah punya pengalaman pakai penggaris. Makanya bingung. Kirain penggaris kalau sudah lama, masih tetap bagus," kata Popon.
Ada terselip rasa minder dalam diri Popon ketika berbicara dengan orang tua murid lain yang nondifabel. Padahal, secara pendidikan, Popon sempat menempuh Pendidikan Luar Biasa di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Ia malah sempat menjadi guru SLB. Tapi, justru kesulitan menjadi guru bagi anaknya.
"Sangat (minder). Orang tua lain, misalnya mereka hanya (lulusan) SMA, tidak mengenal pengalaman kuliah.