Aksi Pemuda Kalbar, Sumbar, dan Maluku Merawat Ikrar 28 Oktober 1928
- bbc
Berdasarkan hasil survei tersebut, Isa berinisiatif mengumpulkan para pemuda dari berbagai latar belakang dan mendirikan organisasi Satu dalam Perbedaan Indonesia atau Sadap Indonesia guna memusnahkan prasangka terhadap orang yang berbeda keyakinan, etnis atau ras.
"Sadap ini dijadikan sebagai ruang jumpa untuk kita saling mengenal, agar kita saling tahu sehingga tidak ada prasangka. Sebenarnya sesederhana itu," kata Isa.
Keinginan Isa untuk menciptakan ruang jumpa bagi para pemuda dia wujudkan dengan mengadakan Temu Pemuda Lintas Iman atau Tepelima.
Salah satu pesertanya adalah Danica Ivana Liu, remaja berusia 19 tahun.
Kegiatan Tepelima, menurutnya, telah meruntuhkan stereotipe negatif tentang orang dari keyakinan lain, suku lain, serta berbagai perbedaan lainnya. Pesertanya yang majemuk dari berbagai latar belakang, memperkaya perspektifnya.
"Dalam diskusi tentang agama, setelah saling mengenal, saya menjadi tahu bahwa pandangan saya selama ini tentang orang-orang dari agama dan suku lain itu salah. Walaupun kita tampak berbeda secara fisik, dari agama yang kita anut, kita tetap satu," papar Danica.
Andreas Acui Simanjaya, tokoh Tionghoa Pontianak, mengapresiasi keberadaan Sadap Indonesia.
"Dialog antarpemuda ini sangat baik. Mereka tidak mudah termakan isu yang dilemparkan, tidak mudah dihasut atau terbawa provokasi," ujarnya.
Leo Prima, dosen komunikasi Universitas Tanjungpura Pontianak, berharap agar organisasi seperti Sadap bisa bermunculan di tempat-tempat lain di Indonesia untuk membangun pemahaman terhadap perbedaan.
"Saya harapkan bisa muncul pengalaman yang lebih besar, sehingga satu kelompok dengan satu kelompok lain memiliki kedekatan emosional," tutupnya.
Sudarto, aktivis keberagaman di Sumatera Barat