Debat Panas, Rocky Gerung Vs Tenaga Ahli KSP soal Vaksin Asal China

Rocky Gerung
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Stok vaksin COVID-19 asal China akan diterima pemerintah Indonesia pada November 2020. Vaksin yang sudah dibeli pemerintah ada tiga yaitu Sinovac, Sinopharm, dan Cansino.

5 Siswa SMP asal Bogor Raih Juara Pertama Kompetisi AI Robotik Internasional di China

Ketiga vaksin itu menurut pemerintah dibeli karena sudah lolos uji klinis fase ketiga. Hal ini jadi pembahasan dalam acara Dua Sisi tvOne 'Simsalabim Vaksin COVID-19' pada Kamis malam, 22 Oktober 2020.

Dalam acara ini hadir dari pihak pemerintah yakni Staf Khusus Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga, dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Dany Amrul Ichdan. Dari pihak yang kontra ada pengamat sosial politik Rocky Gerung dan anggota DPR Fraksi Gerindra, Fadli Zon.

Rocky Gerung Blak-blakan soal Penetapan Hasto Sebagai Tersangka KPK: PDIP Sedang Diacak-acak!

Diskusi talk show ini sering kali memperlihatkan perdebatan. Seperti saat Dany Amrul Ichdan bicara soal 1.620 relawan di Indonesia yang sudah disuntikkan vaksin Sinovac.

Baca Juga: IDI Minta Menkes Penuhi Syarat Mutlak Vaksin COVID-19

China Bangun Harbin Ice-Snow World, Taman Hiburan Es dan Salju Terbesar Dunia

Dany bilang pada saatnya jika sudah selesai nanti akan ada riset eksposur untuk melihat secara detail.

"Inilah mitigasi-itigasi para research dari Unpad yang punya standar riset, Bio Farma yang sudah menjadi perusahaan kelas dunia, perusahaan dari 1890 loh itu Bio Farma sudah memproduksi vaksin," kata Dany yang dikutip VIVA pada Jumat, 23 Oktober 2020.

Dany meminta agar tak mempersepsikan vaksin buatan China yang tak diterima Brasil. Menurutnya, hal itu karena sikap politik Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, yang menunda untuk membeli. "Itu kan faktor politis karena ada desakan dari grass root politis," ujar Dany.

Pernyataan Dany itu dipertanyakan Fadli Zon. Sebab, menurutnya, vaksin buatan China masih meragukan. Hal ini seperti sikap Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang berbeda dengan pemerintah soal vaksin. Bagi Fadli, hal ini penting buat pemerintah agar dapat kepercayaan dari rakyat.

"Nomor satu itu modalnya pemerintah kepercayaan rakyat. Kalau rakyat sudah tak bicara lagi nanti bagaimana," tutur Fadli.

Tak lama giliran Rocky yang dapat kesempatan menyampaikan pandangannya dalam sesi tersebut. Ia menyindir pembelian vaksin ini memang emergency dibikin cepat-cepat seperti pembuatan Omnibus Law UU Cipta Kerja. "Sama kayak Omnibus Law itu dipercepat, buru-buru, yang terlambat itu mikirnya," ujar Rocky.

Rocky heran dengan ucapan Dany soal adanya riset eksposur yang masuk tahapan fase ketiga. Seharusnya, jika siap disuntikan ke jutaan orang maka tak perlu lagi ada riset eskposur.

"Kalau sudah selesai buat apa diriset eksposurnya. Itu artinya kita mau tunggu gagalnya vaksin itu. Karena itu logisnya kan," kata Rocky.

Dani menepis argumen Rocky. Kata dia, riset eksposur memang tahapan yang jadi kewajiban ilmuwan.

Rocky pun langsung menimpali omongan Dany. Ia bersikeras mestinya riset eksposur sudah tak diperlukan.

"Ngerti saya, tetapi itu bagian tahap ketiga. Kalau sudah dikasih vaksin itu sudah enggak ada eksposur lagi. Tinggal menunggu siapa yang mati dan siapa yang enggak," tutur Rocky.

Merespons Rocky, Dany meminta memahami riset metodologi yang punya tahapan satu sampai tiga, lalu ada monitoring.

"Evaluasi terhadap apa, terhadap relawan itu yang sudah 1.620, ada yang flu enggak, ada yang demam enggak," timpal Dany.

Rocky mengatakan jika demikian maka vaksin itu belum selesai. Ia menyindir bulan November 2020 nanti jutaan orang Indonesia akan jadi sampel terlebih dulu. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya