Edukasi Masker, 5 Pesantren Besar Jatim Gandeng Universitas Airlangga
- ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
VIVA – Lima pondok pesantren besar di Jawa Timur sepakat menjadikan pondok pesantren sebagai garda terdepan penanganan virus Corona COVID-19 di lingkungan masing-masing. Dari pesantren dengan ribuan santri itu penyadaran masyarakat tentang pentingnya gerakan 3M yakni mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker diharapkan bisa maksimal.
Lima pesantren yang bergerak bersama itu ialah Pesantren Tebu Ireng, Darul Ulum, Mambaul Maarif, dan Bahrul Ulum di Kabupaten Jombang, serta Pesantren Lirboyo di Kediri. Upaya itu dilakukan dengan dampingan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga Surabaya, Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat membangun Generasi Cemerlang Berbasis keluarga (Geliat) Airlangga yang didukung oleh UNICEF.
Sekretaris Pengurus Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Alissa Wahid mengatakan, kerja sama lima pondok pesantren besar dan berpengaruh di Jawa Timur dengan didampingi Geliat Airlangga LPPM Unair Surabaya itu merupakan langkah positif karena posisi pondok pesantren yang sangat strategis.
Alissa mengatakan, di Indonesia ada 23 ribu pesantren yang berada dalam naungan Nahdlatul Ulama (NU). Sejak dahulu, pesantren selalu menjadi garda terdepan dalam hal apapun. Tidak hanya masalah penanganan COVID-19. Maka pesantren juga punya kewajiban untuk memikirkan kemaslahatan kehidupan santrinya dan keluarga santri.
"Sehingga bekerjsama dengan pesantren sama artinya dengan bekerjasama dengan jutaan keluarga santrinya yang menimba ilmu di pesantren tersebut,” kata Alissa dalam webinar series bertajuk Gerak Bersama Pesantren dalam Menghadapi COVID-19 bagi Pimpinan, pengasuh, pengurus, Satuan Tugas COVID-19 pondok pesantren, poskestren dan santri pada Sabtu, 10 Oktober 2020.
Pondok pesantren yang mendapatkan pendampingan dari kalangan akademisi seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair Surabaya diharapkan sudah mulai bisa memitigasi masalah yang terjadi di lingkungan pondok selama ini. "Jika kebiasaan hidup di pondok selama ini memang merupakan perilaku yang beresiko, maka saya sangat berharap para kiai untuk mengingatkan para santri bahwa sementara ini masih dalam kondisi COVID agar selalu menjaga jarak," ujarnya.
"Kita mengakui bahwa berkerumun adalah kebiasaan. Namun dalam kondisi saat ini berkerumun adalah sangat berisiko tinggi. Jangan lantas kita menutup mata sehingga akhirnya terjadi penularan. Saya yakin setiap ponpes itu memiliki protokol dan punya penyelesaian yang sangat kongkrit, tetapi karena tidak dikomunikasikan keluar dengan baik maka informasinya akan simpang siur," papar Alissa.
Sementara Person in Charge (PIC) Program Geliat Unair, Nyoman Anita Damayanti mengatakan, mengatasi penyebaran COVID-19 di lingkungan pondok pesantren dapat dilakukan dengan menjalankan peningkatan kesehatan di lingkungan santri dan pengasuh pondok pesantren. "Hidup mati itu Allah SWT yang menentukan, tetapi kita bisa menjaga supaya kita tetap sehat,” ujar Nyoman Anita.
Sementara epidemiolog FKM Unair Surabaya Atoillah Isfandiari menjelaskan, terdapat kesenjangan pengetahuan antara mereka yang paham tentang COVID-19 dengan masyarakat awam. Hal ini yang menjadi penyebab kesimpangsiuran dan kebingungan masyarakat terhadap informasi yang benar tentang COVID-19. "Banyak hal yang masih belum diketahui tentang COVID-19, sehingga pengetahuan perlu disampaikan sebaik mungkin,” kata Atoillah.
Seperti kesimpangsiuran masalah antibodi menurut Atoillah baru akan diproduksi apabila ada kuman atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Untuk memproduksi antibodi ini tubuh manusia membutuhkan waktu 4-5 hari. Setelah antibodi terbentuk, mereka akan melawan virus. Itulah mengapa sebagian besar penderita yang terinfeksi COVID-19 dapat sembuh dan rata-rata kesembuhannya terjadi pada 21-27 hari.
Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Abdul Mu’id Shohib menyambut baik pendampingan yang dilakukan Geliat Airlangga LPPM Unair Surabaya ini. "Kami berharap banyak ilmu, pengetahuan hal-hal yang bisa menjadi bekal bagi santri untuk menghadapi pandemi ini. Tantangan pesantren bagaimana menjaga santri agar tidak terpapar COVID-19,” ujarnya.
Jumlah pasien COVID-19 masih tinggi maka jangan lupakan 3M: memakai masker, menjaga jarak dan hindari kerumunan, mencuci tangan.