Satgas Sadar Penerimaan Informasi COVID-19 di Masyarakat Berbeda
- ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
VIVA – Survei Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa dalam konteks persepsi kemungkinan terinfeksi COVID-19, masih terdapat 17 persen dari 100 orang yang menjadi responden, yang sangat yakin bahwa mereka tidak mungkin tertular virus tersebut.
Menanggapi sebagian masyarakat yang berperilaku 'denial' (penyangkalan) semacam itu, Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19, Dr. Turro Wongkaren mengatakan, fenomena semacam itu harus dipahami dari adanya sejumlah perbedaan yang terjadi di masyarakat.
"Masyarakat Indonesia itu beragam. Jadi bagaimana mereka menerima informasi dan bagaimana mereka mengerti sesuatu, itu semuanya tidak sama," kata Turro saat menjadi pembicara di kantor Graha BNPB Jakarta, Kamis 1 Oktober 2020.
Turro menjelaskan, sejumlah masyarakat, yang dikarenakan mendapat informasi yang salah terkait wabah COVID-19 ini, menjadi berpikiran bahwa dirinya akan kebal terhadap virus tersebut.
Baca juga: Perilaku Masyarakat Kunci Meningkatnya Kesembuhan Pasien COVID-19
Selain itu, ada juga sebagian dari masyarakat yang beranggapan bahwa informasi terkait virus corona itu bukan untuk dirinya dan lingkungannya. "Jadi ada juga yang beranggapan bahwa penyakit COVID-19 itu hanya untuk orang tertentu saja, seperti misalnya orang-orang kaya, dan bukan menyerang diri atau kelompoknya," ujarnya.
COVID-19 Tidak Pandang Bulu
Karenanya, Turro menegaskan bahwa hal-hal semacam ini haruslah menjadi tugas bersama seluruh elemen masyarakat, untuk memberikan penyadaran kepada mereka yang tidak percaya penularan COVID-19 itu. "Bahwa COVID-19 itu tidak pandang bulu, dan siapapun juga bisa terkena apabila mereka tidak mengikuti protokol kesehatan," kata Turro.
Oleh karena itu, Turro pun berpendapat bahwa siapapun masyarakat yang masih cenderung meremehkan atau tidak menganggap COVID-19 sebagai sesuatu yang berbahaya, harus dilihat dulu latar belakangnya.
Sebab, data yang dimiliki Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 juga menunjukkan bahwa sebagian kelompok masyarakat yang terjebak dalam persepsi serupa, kebanyakan adalah para remaja khususnya laki-laki yang merasa masih muda, sehat, dan beranggapan tidak mungkin tertular COVID-19.
"Jadi kita harus melihat dulu, mereka itu siapa saja, dan bagaimana mereka sampai kepada ide bahwa mereka tidak akan terkena COVID-19," kata Turro.
"Karena secara umum, kalau kita lihat data, kebanyakan dari mereka itu adalah anak muda, dan banyak yang laki-laki dimana mereka menganggap bahwa dirinya masih muda, dan tidak akan mungkin terkena COVID-19," ujarnya.