Cucu-cucu Pahlawan Revolusi dan Elite PKI Bicara soal Sejarah
- bbc
"Lalu mulai masuk bab PKI, terus kayaknya jahat banget PKI bunuh-bunuh jenderal. Ya ampun... `Jadi PKI ini apa bu`?" ujar Fico, meniru pembicaraan dengan gurunya saat itu.
"Yang saya ingin tanya `kenapa partai-partai itu bisa ada senjata buat bunuh-bunuh jenderal seperti yang ibu jelaskan?` Ibu gurunya nggak bisa jawab."
Ia bertanya pada ibunya, Poppy Anasari, putri Murad Aidit, tentang itu.
Namun, ibunya memintanya bertanya langsung kepada kakeknya. Di situlah Murad bercerita.
"Waktu diceritain kakek, bingung pasti ada… Lho kok nggak kayak yang diterangin sama guru aku di sekolah?
"Ada masa di mana pelajaran sejarah isinya debat-debat saya sama wali kelas saya saja. Justru teman-teman bingung, `Ini apa sih?` `Dia tahu dari mana?`
"Saya dianggap sotoy (sok tahu) sama teman-teman sekolah."
Bagaimana soal `laporan pelanggaran HAM` tahun `65?
Beberapa sejarawan memperkirakan bahwa tragedi pada 1965 telah menewaskan setidaknya setengah juta orang yang diduga simpatisan komunis.
Ada juga yang kemudian ditahan tanpa pernah diadili.
Sifra Panggabean, cucu DI Pandjaitan mengatakan peristiwa itu mungkin terjadi karena apa yang disebutnya sebagai perubahan politik yang masif dan instrumen hukum saat itu yang "belum semaju sekarang".
Media massa, ujarnya, juga belum berperan seperti saat ini.
"Kalai baca literatur ke belakang, sejauh mana sih undang-undang kita sebenarnya waktu itu? Sekuat apa sih konstitusi? Ya nggak sesempurna sekarang.
"Sebuah sistem kalau tidak sempurna kemudian ada perubahan politik yang begitu masif, pastilah ada yang namanya pergeseran, pasti ada pelanggaran.
"Bahkan yang sudah sempurna saja, masih tetap mungkin ada pelanggaran-pelanggaran kepada hak asasi manusia," ujarnya.
`Kakek saya nggak salah dihukum`
Fico sendiri menceritakan bahwa menurut yang dia dengar dari Murad Aidit, kakeknya itu tidak aktif berpolitik. Dia hanya bergabung di komunitas seni, kemungkinan Lekra, kata Fico.