Kontroversi Gatot Nurmantyo: 212 hingga Dicopot dari Panglima TNI
- ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
VIVA – Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, kembali membuat kontroversi. Kali ini, Gatot mengungkap cerita dicopotnya dari jabatan Panglima TNI oleh Presiden Joko Widodo yaitu gara-gara memerintahkan jajaran TNI untuk nonton bareng film G30S/PKI.
Memang, Gatot bukan kali pertama memunculkan kontroversi setelah pensiun dari militer. Sejak menjadi Panglima TNI, ia juga kerap mempunyai pandangan atau sikap yang berbeda hingga menjadi kontroversi di tengah-tengah masyarakat.
Baca juga: Heboh Manuver Gatot soal Dicopot dari Panglima TNI, Istana Menjawab
Gatot ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal (Purn) Moeldoko pada 8 Juli 2015. Namun, Jokowi melantik Marsekal Hadi Tjanjanto sebagai Panglima TNI menggantikan Gatot pada 9 Desember 2017. Padahal, Gatot masa pensiunnya pada 1 April 2018, masih punya waktu sekitar 4 bulan sebelum masa pensiunnya habis.
Tiba-tiba, Gatot baru menceritakan latar belakang dicopotnya dari jabatan Panglima TNI oleh Presiden Jokowi melalui wawancara oleh akun YouTube Hersubeno Arief Point yang diunggah pada 21 September 2020.
Berikut kontroversi Gatot Nurmantyo yang dirangkum VIVA pada Kamis, 24 September 2020.
1. Ricuh Aksi Bela Islam 411 Bukan dari Pendemo
Gatot mengatakan, kericuhan saat aksi bela Islam pada 11 November 2016 atau disebut Aksi 411, itu bukan dilakukan oleh para peserta demo. Akan tetapi, ia menduga adanya provokator. “Saya melihat jelas, yang melakukan ini bukan pendemo,” katanya.
Memang, Gatot sudah memprediksi akan ada skenario upaya-upaya massa unjuk rasa yang menuntut keadilan. Saat itu, massa demonstrasi menuntut keadilan supaya Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, diproses hukum.
“Saya sudah prediksi ada skenario upaya untuk membuat petugas marah dan bertindak di luar kepatutan. Makanya petugas dibuat marah, tidak marah akan ditendangi. Tapi jangan bereaksi, mundur ke belakang,” ujarnya.
2. Jadi Bagian Aksi Bela Islam 212
Gatot mengisahkan pengalamannya saat mengawal Presiden Jokowi saat hadir pada aksi bela Islam pada 2 Desember 2016, atau disebut Aksi 212. Sehingga, Gatot memakai peci putih dan berseragam dinas TNI berwarna hijau.
Alasannya, Gagot melihat saat itu lautan masaa menggelar zikir dan mendirikan Salat Jumat di Monas, Jakarta Pusat, didominasi memakai baju serba putih. Maka, ia ingin memperlihatkan posisinya tetap di pihak pemerintah, tapi juga mencoba untuk bisa menjadi bagian dari masyarakat yang menuntut keadilan.
"Maka, saya harus tunjukkan saya adalah bagian dari mereka (peserta 212), tapi mereka juga tahu saya bagian dari pemerintah. Berpakaian dinas, saya menggunakan peci putih sebagai identitas mereka. 'Oh ini bagian dari saya, tapi dia tahu saya'. Jadi apabila ada suatu hal, maka kelihatan saya akan didengar (peserta 212). Keselamatan Presiden adalah kewenangan penuh TNI dan Panglima TNI, itu yang saya lakukan," kata Gatot.
3. Aksi 212 Bukan Radikal
Gatot punya pandangan dan sikap yang berbeda terhadap massa aksi bela Islam 212. Menurut dia, para peserta demo 212 adalah rakyat Indonesia yang tidak memiliki senjata dan mereka hanya ingin berdoa sambil mencari keadilan.
Sebab, peserta Aksi 212 saat itu dicap negatif seperti radikal, intoleran dan anti-Pancasila. Makanya, Gatot menggunakan pendekatan positif, tujuannya supaya TNI tidak perlu sampai unjuk kekuatan.
“Bagaimana pun juga itu adalah rakyat Indonesia, mereka tidak bersenjata dan mereka niatnya berdoa,” katanya.
4. Tantang Marsekal Hadi Tjahjanto
Gatot sempat menantang Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) untuk memerintahkan prajurit TNI menonton bareng film pengkhianatan G30S/PKI.
"Kalau KSAD tidak berani memerintahkan nonton bareng film G-30S/PKI, bagaimana mau mimpin prajurit pemberani dan jagoan-jagoan seperti Kostrad, Kopassus, dan semua prajurit TNI AD. Kok KSAD-nya penakut. Ya sudah pantas lepas pangkat. Ingat! Tidak ada hukuman mati untuk perintah nonton bareng," tulis Gatot di akun Twitter-nya @Nurmantyo_Gatot dikutip VIVA.
Gatot meminta KSAD tidak takut untuk perintahkan anak buahnya nobar film G30S/PKI. Menurut dia, paling-paling jika dilarang pimpinan, konsekuensinya dicopot dari jabatannya.
5. Jadi Presidium KAMI
Setelah pensiun dari jabatan Panglima TNI, Gatot memang sempat tiarap alias menghilang dari kancah perpolitikan nasional. Namun, ia kembali muncul saat ada deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau disingkat KAMI.
KAMI deklarasi di Tugu Proklamasi Jakarta pada Selasa, 18 Agustus 2020. Tokoh yang hadir dalam deklarasi KAMI di antaranya mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, Ketua Komite Eksekutif KAMI, Ahmad Yani.
Selain itu, mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Adhie Massardi, mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu, mantan Komisioner KPU Chusnul Mariyah dan lainnya.
Akhirnya, tiga orang tokoh terpilih jadi Presidium KAMI yakni Gatot Nurmantyo, Ketua Umum Komite Khittah Nahdlatul Ulama 1926, Rochmat Wahab, dan Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin.
"Iya. Presidium KAMI itu Pak Gatot Nurmantyo, Pak Rochmat Wahab, dan Pak Din Syamsuddin," ujar Ketua Komite Eksekutif KAMI, Ahmad Yani kepada VIVA.
6. Dicopot Panglima TNI karena Nobar G30S/PKI
Gatot mengungkap salah satu alasan dicopot sebagai Panglima TNI karena menyelenggarakan nonton bareng (nobar) film sejarah gerakan komunisme di Indonesia, yakni film G30S/PKI. Tiap tanggal 30 September memang akan selalu diingat sebagai peristiwa pembunuhan oleh PKI.
“Pada saat saya menjadi Panglima TNI, saya perintahkan jajaran untuk menonton (film) G30S/PKI,” kata Gatot dikutip dari Youtube Hersubeno Point pada Rabu, 23 September 2020.
Saat itu, Gatot mengaku punya sahabat dari salah satu partai. Namun, Gatot tidak menyebutkan nama sahabatnya itu. Menurut dia, sahabatnya sudah mengingatkan agar setop rencana nonton film G30S/PKI. Jika dilanjutkan rencana tersebut, maka posisinya sebagai Panglima TNI terancam.
“Saat itu, saya punya sahabat dari salah satu partai saya sebut saja PDIP menyampaikan, Pak Gatot hentikan itu. Kalau tidak, Pak Gatot akan diganti. Saya bilang terima kasih, tapi saya gas karena ini (komunisme) benar-benar berbahaya. Dan benar, saya diganti,” ujarnya. (ase)