Pertama Kali, Ini Pidato Lengkap Jokowi di Sidang PBB
- Kementerian Luar Negeri
VIVA – Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato perdananya di Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Rabu, 23 September 2020 pagi. Selama ini, Presiden Jokowi kerap diwakili Wakil Presiden 2014-2019, Jusuf Kalla menghadiri sidang PBB.
Dalam pidato pertamanya ini, Kepala Negara memutuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia. Meskipun, sesekali menggunakan bahasa Inggris untuk penekanan.
Berbagai topik dibahas dalam kesempatan tersebut, terutama pandemi COVID-19 yang melanda dunia saat ini. Jokowi meminta agar semua negara mendapatkan akses setara untuk mendapatkan vaksin yang aman dan harga terjangkau.
Baca juga: Alami Insiden Mengerikan di Udara, Pesawat Wapres AS Mendarat Darurat
Tak cuma itu, Jokowi juga mendukung hak kemerdekaan Palestina dan mendukung perdamaian dunia. Semua negara ditegaskan perlu meninggalkan perpecahan dan bersatu padu melawan pandemi corona.
Berikut selengkapnya isi pidato perdana Presiden Jokowi di sidang PBB:
Yang Mulia Presiden Majelis Umum PBB,
Yang Mulia Sekretaris Jenderal PBB,
Yang Mulia Para Pemimpin Negara Anggota PBB
Tahun ini, genap 75 tahun usia PBB. 75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar perang besar, Perang Dunia II, tidak terulang kembali. 75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar dunia bisa lebih damai, stabil, dan sejahtera. Karena perang tidak akan menguntungkan siapapun.
Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
Pimpinan Sidang yang terhormat,
Di usia PBB yang ke-75 ini, kita patut bertanya, apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai? Saya kira jawaban kita akan sama, Belum.
Konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan.
Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.
Kita semua prihatin melihat situasi ini. Keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi covid-19 ini.
Di saat seharusnya kita semua bersatu padu, bekerja sama melawan pandemi yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam.
Padahal kita seharusnya bersatu padu, selalu menggunakan pendekatan win-win, pola hubungan antar negara yang saling menguntungkan.
Kita tahu dampak pandemi ini sangat luar biasa, baik dari sisi kesehatan, maupun sosial ekonomi. Kita juga paham virus ini tidak mengenal batas negara. No one is safe until everyone is.
Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil dan sejahtera semakin sulit diwujudkan.
Yang Mulia
Tahun ini Indonesia juga merayakan kemerdekaan yang ke-75 tahun. Sudah menjadi tekad kami, Indonesia terus berkontribusi bagi perdamaian dunia sesuai amanah konstitusi.
Indonesia akan terus memainkan peran sebagai bridge builder, sebagai bagian dari solusi.
Secara konsisten, komitmen ini terus dijalankan Indonesia, termasuk saat Indonesia duduk sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Spirit kerja sama akan selalu dikedepankan Indonesia, spirit yang menguntungkan semua pihak tanpa meninggalkan satu negara pun. No one, no country should be left behind.
Persamaan derajat inilah yang ditekankan oleh Bapak Bangsa Indonesia Soekarno (Bung Karno) saat Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 yang menghasilkan Dasa Sila Bandung.
Hingga kini prinsip Dasa Sila Bandung masih sangat relevan termasuk penyelesaian perselisihan secara damai pemajuan kerja sama dan penghormatan terhadap hukum internasional.
Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya.
Indonesia terus konsisten memberikan dukungan bagi Palestina untuk mendapatkan hak-haknya. Di kawasan kami sendiri, bersama negara ASEAN lainnya, Indonesia akan terus menjaga Asia Tenggara… sebagai kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera.
Pada hari jadinya yang ke-53, 8 Agustus 2020 yang lalu ASEAN kembali menegaskan komitmennya untuk terus menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
Spirit kerja sama dan perdamaian inilah yang kemudian didorong Indonesia ke kawasan yang lebih luas kawasan Indo-Pasifik melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.
Yang Mulia
Melihat situasi dunia saat ini, ijinkan saya menyampaikan beberapa pemikiran:
Pertama, PBB harus senantiasa berbenah diri melakukan reformasi, revitalisasi dan efisiensi. PBB harus dapat membuktikan bahwa multilateralism delivers termasuk pada saat terjadinya krisis.
PBB harus lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan berbagai tantangan global. Dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk terus memperkuat PBB agar PBB tetap relevan dan semakin kontributif sejalan dengan tantangan zaman.
PBB bukanlah sekedar sebuah gedung di kota New York tapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan bagi generasi penerus.
Indonesia memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan terhadap PBB dan multilateralisme. Multilateralisme adalah satu-satunya jalan yang dapat memberikan kesetaraan.
Kedua, collective global leadership harus diperkuat. Kita paham bahwa dalam hubungan antar negara, dalam hubungan internasional, setiap negara selalu memperjuangkan kepentingan nasionalnya.
Namun jangan lupa, kita semua memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi menjadi bagian dari solusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.
Di sinilah dituntut peran PBB untuk memperkokoh collective global leadership. Dunia membutuhkan spirit kolaborasi dan kepemimpinan global yang lebih kuat untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.
Ketiga, kerja sama dalam penanganan COVID-19 harus kita perkuat, baik dari sisi kesehatan, maupun dampak sosial ekonominya. Vaksin akan menjadi game changer dalam perang melawan pandemi.
Kita harus bekerja sama untuk memastikan, bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau. Untuk jangka panjang tata kelola ketahanan kesehatan dunia harus lebih diperkuat.
Ketahanan kesehatan dunia yang berbasis pada ketahanan kesehatan nasional akan menjadi penentu masa depan dunia. Dari sisi ekonomi. reaktivasi kegiatan ekonomi secara bertahap harus mulai dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap kelemahan-kelemahan global supply chain yang ada saat ini.
Aktivasi ekonomi harus memprioritaskan kesehatan warga dunia. Dunia yang sehat dunia yang produktif… harus menjadi prioritas kita.
Semua itu dapat tercapai jika semua bekerja sama bekerja sama dan bekerja sama.
Mari kita memperkuat komitmen dan konsisten menjalankan komitmen untuk selalu bekerja sama. Demikian Terima kasih.