Robot Canggih Karya Unesa Punya Fitur Musik Terapi Pasien COVID-19
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) terus berinovasi dan melahirkan banyak produk unggulan. Produk-produk itu buah dari riset yang dilakukan secara terus-menerus oleh kampus peringkat 19 klasterisasi perguruan tinggi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu. Masalahnya, banyak kendala ditemui sehingga produk-produk unggulan itu belum berlenggang di pasar industri.
Salah satu produk hasil inovasi Unesa ialah 'Robot KECE' generasi kedua yang diluncurkan di Graha Unesa pada Kamis, 17 September 2020. Robot pembantu tenaga kesehatan dalam menangani pasien COVID-19 itu diluncurkan secara virtual oleh Menristek/BRIN Bambang Brojonegoro. Rektor Unesa Nurhasan juga hadir di lokasi acara.
Robot KECE generasi kedua melengkapi generasi pertamanya, yaitu pada fungsi relaksasi yang diberikan kepada pasien. Di antaranya tambahan fitur musik.
Selain Robot KECE, diperkenalkan pula Drone KECE juga dipersembahkan Unesa untuk Indonesia. Drone KECE, yang dapat menyemprotkan disinfektan, sangat berguna di masa pandemi seperti sekarang. Drone KECE berkapasitas 16 liter dan dapat menjangkau seluas 1 hektare.
Baca: Selain Bergairah, Robot Seks Ini Bisa Ngobrol Soal COVID-19
Ada juga beberapa produk unggulan inovasi lainnya, di antaranya produk KECE Body Temp Check Generasi 1. Pintu pengecekan suhu tubuh ini dapat diketahui langsung hasilnya.
Selain itu, ada prototipe Motor Listrik KECE dengan spesifikasi yang sudah canggih. Selain prototipe Motor Listrik KECE, juga prototipe Mobil Listrik KECE yang dapat melaju pada kecepatan 65 km/jam dan dapat bertahan selama 10 jam.
Ada juga knalpot sepeda motor ramah lingkungan filter udara mobil tipe siklon, batik tanah, hand sanitizer dengan nano silver, Signalom (sistem bahasa isyarat yang mudah diikuti oleh anak berkebutuhan khusus), dan aplikasi permainan bola voli berbasis Android.
Rektor Unesa Nurhasan mengaku tengah menyiapkan Robot KECE generasi ketiga. “[Kalau] robot KECE G-2 itu dilengkapi dengan sensor yang bisa mendeteksi suhu tubuh dan detak jantung pasien COVID-19 dan juga musik untuk terapi pasien," katanya dalam keterangan tertulisnya dikutip VIVA pada Jumat, 18 September 2020.
Dalam diskusi, diungkap oleh para peneliti senior Unesa bahwa kendala yang dihadapi perguruan tinggi adalah bagaimana produk-produk teknologi hasil riset bisa masuk ke pasar industri. Kendala utamanya, di antaranya ialah perizinan. Segala syarat itulah yang terkadang sulit dan memakan waktu lama, sehingga sebuah produk inovatif kampus mandek di tingkat riset.
Bambang Brojonegoro mengakui itu. Menurutnya, itu masalah klasik. Solusinya, katanya, ialah setiap perguruan tinggi bekerja sama dengan swasta pada setiap inovasi yang dilakukannya sejak awal. "Misalnya, Unesa melakukan sebuah riset yang ada kaitannya dengan inovasi, tolong segera menggandeng pihak swasta," katanya. (art)