Polri Libatkan Preman Tegakkan Protokol COVID-19, Ini Penjelasannya

Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan

VIVA – Dalam rapat dengan Komisi III DPR, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Polisi Gatot Eddy menjelaskan mengenai berkembangnya informasi yang menyebut Polri akan merekrut preman untuk menegakkan protokol COVID-19. Terkait hal tersebut Gatot memberikan klarifikasi.

Eks Wakapolri Endus Motif Jampidsus Cari Muka ke Rezim di Balik Kasus Tom Lembong

Menurut Gatot, untuk protokol kesehatan COVID-19 penegakan akan dilakukan oleh Satpol PP karena itu merupakan perintah peraturan daerah. Oleh karena itu, Polri sifatnya hanya membantu dan mendampingi penegakan hukum tersebut. Hal yang kedua dilakukan Polri adalah membangun kesadaran kolektif untuk protokol kesehatan. Maka dari itu Polri berencana melibatkan pimpinan komunitas atau yang disebut pimpinan informal yang Gatot sebut dengan istilah ‘jeger’.

Baca juga: Mahfud MD Minta BIN Turun Tangan Usut Penusukan Syekh Ali Jaber

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

"Realitas kita pasar tradisional itu enggak ada pimpinan, kepala keamanannya, ada yang menyebutnya mandor di situ, ada yang menyebutnya jeger, preman. Mereka ini kan setiap hari di sana. Bukan kita merekrut tapi kita merangkul mereka. Pimpinan informal yang ada di komunitas itu untuk bersama membangun kesadaran kolektif untuk menaati protokol COVID-19. Jadi mereka tidak menegakkan perda, tidak," kata Gatot di Gedung DPR, Jakarta, Senin, 14 September 2020.

Menurut Gatot, kerja sama dengan pimpinan informal tersebut akan lebih efektif karena pimpinan informal tersebut akan lebih sering berada di lokasi. Sedangkan jika hanya mengandalkan anggota Polri yang ditempatkan di tiap desa atau Bhabinkamtibmas tidak akan maksimal karena jumlahnya terbatas.

Pelaku Pungli Ditangkap, Warga Tetap Menolak Keberadaan PKL di Pasar Merdeka Bogor

"Bhabinkamtibmas ada di setiap desa, tapi kan di situ ada beberapa pasar. Tidak mungkin juga setiap hari. Sedangkan pimpinan informal ini setiap hari di sana. Bukan mereka preman dari mana kita rekrut tidak, tapi mereka ada tentunya bersama komunitas ada mematuhi protokol," ujarnya.

Pimpinan informal yang akan dilibatkan, kata Gatot , memiliki tanggung jawab menerapkan protokol kesehatan di wilayahnya sehingga kedisiplinan protokol kesehatan dapat terus dijaga.

"Tokoh itu bertanggung jawab di sana mendisiplinkan, kita merangkul semua, bukan mereka menegakkan perda. Contohnya ada yang tidak pakai masker mereka 'ayo pakai masker' yang tidak jaga jarak, harus jaga jarak. Ada pimpinannya akhirnya timbul kesadaran kolektif saling mengingatkan," ujar Gatot. (lis)

Kegiatan produksi Tisu Nano.

Tisu Mice Berubah Jadi Nano, Intip Strategi Azkia Diva Hadapi Gempuran Banjirnya Produk China

Produsen produk tisu, PT Azkia Diva Nusantara menegaskan komitmennya fokus untuk memenuhi pasar lokal Indonesia dan untuk membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.

img_title
VIVA.co.id
5 November 2024