Bukan hanya Syekh Ali Jaber, Ini Daftar Ulama yang Alami Kekerasan
- masukisalam.com
VIVA – Minggu 13 September 2020, pendakwah kharismatik dan terkenal lembut, Syekh Ali Jaber ditusuk seseorang saat mengisi kajian di Masjid Falahuddin Bandar Lampung. Bahkan pisau itu menghujam keras di lengannya hingga pisaunya patah. Kini, pelaku sudah menjadi tersangka dan Syekh Ali Jaber juga selamat walau mengalami luka dan harus menerima puluhan jahitan.
Baca juga: Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber Ditetapkan Tersangka
Tindakan kekerasan yang menimpa ulama atau ustaz, bukan hanya dialami Syekh Ali Jaber. Beberapa ulama sebelumnya juga sempat mendapatkan perlakuan serupa. Bahkan ada yang hingga meninggal dunia. Pelakunya ada yang dihukum, dan banyak yang dinyatakan memiliki gangguan kejiwaan alias gila. Berikut beberapa ulama yang mengalami kekerasan, seperti dirangkum VIVA:
1. Ustaz Salman Al Farisi
Peristiwa ini terjadi pada 2018. Beliau adalah pemilik Pondok Pesantren Al Mu'min Ciwalen, Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Ceritanya, saat itu, Senin, 27 Agustus 2018, seperti biasa Ustaz Salman akan melaksanakan Salat Subuh sekitar pukul 04.40 WIB. Saat itulah, dua orang dengan menggunakan topeng melakukan penganiayaan terhadap dia. Ustaz Salman baru saja keluar dari rumahnya untuk menuju masjid yang tak jauh dari rumah tersebut.
Tiba-tiba, dari belakang ia merasakan hantaman benda keras berupa kayu balok. Akhirnya, sang ustaz tersungkur dan merasakan perih yang tak terhingga. Kepalanya sempat diperban akibat luka. Juga termasuk pusing-pusing yang dialaminya. Beruntung, Ustaz Salman selamat.
2. KH Emon Umar Basyri
Ceng Emon, biasa kiai disapa. Ia mengalami penganiayaan oleh seseorang. Ceng Emon adalah pengasuh di Pondok Pesantren Al-Hidayah Santiong, Cicalengka, Bandung Barat. Kekerasan yang dialaminya adalah seusai Salat Subuh dan saat ia sedang berzikir di masjid lingkungan pondok tersebut. Peristiwanya terjadi pada Sabtu 27 Januari 2018.
Penganiayaan ini berbuntut luka yang cukup serius dialami oleh KH Emon Basyri. Yakni menyebabkan penyumbatan pembuluh darah di otak, pengecilan volume otak ringan yang disebabkan benturan benda tumpul. Itu adalah hasil visum.
Pelaku memang berhasil diamankan beberapa jam setelah kejadian. Saat itu, pelaku sedang beristirahat di salah satu masjid yang tidak jauh dari pondok tempat penganiayaan terjadi. Dalam persidangannya, pelaku yang bernama Asep Ukin bin A Momong (50) dinyatakan bersalah oleh majelis hakim karena melakukan tindakan kekerasan. Tapi majelis hakim juga menyatakan, yang bersangkutan tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya karena mengalami gangguan jiwa sehingga diputus dirawat di RS Jiwa Provinsi Jawa Barat.
3. Ustaz Prawoto
Beliau adalah komandan Brigade Persatuan Islam (Persis). Peristiwa terjadi pada 1 Februari 2018, hingga menyebabkan Ustaz Prawoto meninggal dunia. Pelakunya adalah tetangga almarhum, Asep Maftuh.
Pada saat itu, Asep menggunakan pipa besi memukul-mukul tembok rumah milik Ustaz Prawoto. Karena merasa terganggu dengan aksi Asep yang rumahnya hanya beberapa langkah saja, ia kemudian menegur. Tapi bukannya menghentikan aksinya, Asep malah memukuli Prawoto.
Dianiaya seperti itu, Ustaz Prawoto berlari ke arah sebuah warung. Tapi di sana, pelaku sempat memukul korban beberapa kali hingga mengalami luka. Peristiwa itu terjadi di Blok Kasur RT 01/17, Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, Jawa Barat.
Karena mengalami luka, Ustaz Prawoto dilarikan ke rumah sakit. Tapi sore harinya, ustaz tersebut dinyatakan meninggal dunia. Asep diciduk dan diadili, hingga divonis 7 tahun penjara oleh majelis hakim.
4. Ustaz Anto
Ia adalah seorang pengajar madrasah di Kota Medan, Sumatera Utara. Nama lengkapnya adalah Nursarianto. Tindakan kekerasan yang dialaminya ini baru diketahui setelah videonya viral di media sosial.
Penganiayaan terhadap dirinya, berlangsung secara spontan. Peristiwa terjadi pada Februari 2019. Saat itu, ia hendak kembali ke rumahnya karena ada berkas yang tertinggal dan harus ia bawa karena akan rapat dengan guru-guru yang lainnya.
Ustaz Anto melewati Jalan Pukat 1 - Jalan Mandailing. Di sana ia melihat, banyak siswa madrasah yang berlarian. Ternyata mereka dikejar anjing, yang dimiliki oleh salah seorang warga. Melihat itu, ia lantas memprotes ke warga tersebut karena menurutnya, harusnya anjing-anjing itu tidak dilepas bebas sehingga mengejar dan menggigit orang lain.
Sayangnya, teguran Ustaz Anto itu dibalas dengan kemarahan oleh pemiliknya, yang menurut pengakuan Anto adalah perempuan dan atlet. Ia menerima pukulan dan kekerasan lainnya. Warga yang tahu, melerai dan meminta Ustaz Anto mundur saja ke tempat lain. Sementara motornya akan dibawa oleh warga.
Namun pemilik itu kembali menghampirinya bersama orangtuanya. Terjadi cekcok hingga ia dipukul dan pelipis matanya mengucurkan darah. Ustaz Anto melaporkan ke kepolisian terkait kekerasan yang dia terima tersebut. (ase)