Catatan Perjalanan Gus Sholah Saat Kunjungi Hadramaut Yaman
- republika
Warga Yaman banyak yang memakai sarung. Santri di Darul Mustafa Tarim, kalau tidak memakai gamis, tentu memakai sarung. Saat kami menunggu di bandara kota kecil Seiyun, cukup banyak petugas yang memakai sarung. Bahkan pada saat kami memenuhi undangan makan siang di rumah salah satu pejabat di Tarim, ada petugas keamanan memakai sarung dan menyandang pistol di pinggangnya. Tampaknya tradisi sarungan dari para ulama dan santri di Indonesia, khususnya di Jawa, berasal dari tradisi Hadramaut.
Perempuan di sana harus memakai cadar termasuk para pendatang. Maka para ibu anggota rombongan kami, termasuk istri saya, harus menggunakan kebaya hitam dengan muka tertutup kecuali ada lubang di mata. Bahkan ada yang tidak boleh terlihat matanya dengan memakai semacam kain yang menerawang pada bagian mata.
Perempuan tidak boleh berkeliaran di jalan tanpa ada pendamping. Perempuan di sini dan juga di sejumlah negara Arab lainnya amat terasa menjadi warga negara kelas dua. Perempuan Indonesia harus bersyukur mendapat kebebasan yang besar. Cara mensyukurinya ialah menggunakan kebebasan itu dengan bertanggung jawab.