Pemicu Kerusuhan Anti-China di Kudus 1918 Menurut Ulama
- republika
Pawai orang-orang China itu pun tetap berlangsung melewati depan Masjid Menara Kudus. Kemudian, yang membuat umat Islam tersinggung adalah ejekan dua orang China yang memakai pakaian haji dengan merangkul seorang wanita nakal yang berpakaian tidak senonoh.
Rombongan pawai China datang dari depan Masjid Menara menuju selatan bertemu dengan santri-santri yang sedang bekerja bakti mengambil batu dan pasir dengan gerobak dari selatan ke utara. Kedua kelompok itu pun tidak ada yang mau mundur.
Huru-hara pecah tatkala seorang santri yang menarik gerobak, Mabruri dipukul pihak China, sehingga terjadilah pertikaian antar dua golongan tersebut. Meskipun pertikaian dapat dihentikan dan selanjutnya diadakan perdamaian, tapi pihak orang-orang China belum mau menunjukkan sikap damai.
Bahkan, mereka masih sering melontarkan ejekan-ejekan terhadap orang-orang Islam yang tengah mengambil pasir dan batu sepanjang jalan yang dilalui dari Kali Gelis sampai ke Masjid Menara Kudus.
Karena itulah, orang-orang Islam terpaksa mengadakan perlawanan atas penghinaan orang-orang China tersebut. Para ulama memandang cukup beralasan untuk menyetujui adanya tindakan memberi pelajaran atas penghinaan terhadap umat Islam. Namun, para ulama sama sekali tidak memerintah untuk merampas harta orang-orang China, apalagi melakukan pembunuhan.
Namun, entah bagaimana, huru-hara itu berkembang sedemikian dahsyatnya. Menurut Kiai Aziz Masyhuri, sepertinya ada pihak ketiga yang bertindak dalam air keruh. Korban pun berjatuhan dari pihak China maupun Jawa. Banyak rumah penduduk China dan Jawa yang terbakar.
Dengan dalih memberi fatwa yang membolehkan tindakan perusakan dan perampasan serta memimpin tindakan tersebut, maka pemerintah kolonial menangkap para ulama, termasuk Kiai Raden Asnawi, 68 orang diinterogasi, dan akhirnya 51 orang mendapat hukuman penjara selama sembilan tahun sampai 15 tahun.