Pemicu Kerusuhan Anti-China di Kudus 1918 Menurut Ulama
- republika
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hura-hara yang terjadi pada akhir Oktober 1918 M di Kudus merupakan huru Hara anti China terseburuk yang pernah terjadi di Indonesia pada awal abad ke-20.
Dalam huru-hara ini 50 rumah dihancurkan, delapan orang China terbunuh dan sebagian mati terbakar, dan kira-kira separuh orang China di Kudus, sekitar 2.000 orang, melarikan diri ke Semarang.
Dalam buku “99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib”, KH A Azis Masyhuri menjelaskan, sulit dipastikan bahwa huru hara itu murni konflik antar etnis, mengingat hubungan etnis China dan Jawa sudah sedemikian eratnya sejak zaman Sunan Kudus.
Buktinya, salah seorang tokoh China yang sangat dihormati di Kudus, yaitu Kiai Telingsing yang memiliki nama asli Teh Ling Sing adalah termasuk salah seorang guru sekaligus sahabat Sunan Kudus.
Menurut sejarah Islam, kata Kiai Azis Masyhuri, huru-hara itu terjadi di tengah-tengah umat Islam mengadakan gotong royong untuk membangun Masjid Menara Kudus yang dikerjakan siang dan malam.
Pada waktu itu, orang-orang China hendak mengadakan pawai yang rutenya akan melewati jalan depan Masjid Menara Kudus. Karena dianggap akan mengganggu proses gotong royong, ulama dan para pemimpin Islam di Kudus kemudian mengirim surat pada salah seorang Letnan China.
Dalam surat, para ulama meminta agar mereka tidak melewati jalan depan Masjid Menara Kudus, mengingat banyak umat Islam yang melakukan pengambilan batu dan pasir pada malam hari. Namun, permintaan itu ternyata tidak diperhatikan sebagaimana mestinya.