Virus Corona: Kasus Klaster Keluarga Tertinggi di Bogor

Wali Kota Bogor Bima Arya
Sumber :
  • VIVA/Muhammad AR

VIVA – Pemerintah Kota Bogor mengimbau anak-anak dan juga masyarakat yang lanjut usia untuk betul-betul tidak keluar rumah apabila tidak ada hal-hal yang mendesak. Sebab, kasus penularan positif COVID-19 dari klaster rumah tangga menempati urutan tertinggi.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

“Ada sekitar 45 keluarga dengan kasus 189 orang positif COVID-19, ini harus kita waspadai. Data menunjukkan bahwa dari yang positif COVID-19 anak-anak dan lansia dengan mobilitas yang tinggi itu terpapar,” kata Wali Kota Bogor, Bima Arya didampingi jajaran Forkopimda saat konferensi pers di teras Balai Kota Bogor, dikutip Sabtu, 29 Agustus 2020.

Baca juga: Masuk Zona Merah, Mulai Malam Nanti Kota Bogor Terapkan Jam Malam

Program Pemberdayaan BRI dorong Klaster Usaha Manggis di Bali Perluas Jaringan Pemasaran

Dia menekankan, klaster rumah tangga ini harus diwaspadai karena pada transmisi lokal sudah banyak terjadi penularan. Berdasarkan data, kasus positif COVID-19 di Kota Bogor selama dua pekan terakhir menunjukkan lonjakan yang cukup tajam. Hal ini diketahui dari mitigasi infeksi dan tracing Pemkot Bogor.

“Dari data swab seluruh kasus positif COVID-19, ada 49 persen itu berasal dari penelusuran atau tracing orang yang positif. Kemudian orang yang memiliki gejala yang ingin di-swab 24 persen, swab masif di tempat umum, tempat bekerja, kantor, pasar dan lain-lain ada 18 persen dan 7 persen hasil screening warga dari luar kota. Kami menyimpulkan bahwa tes dan tracing kita yang gencar itu menyebabkan lonjakan positif,” katanya.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Untuk itu, Pemkot Bogor dan jajaran Forkopimda bersepakat mulai Sabtu 29 Agustus 2020, hingga 11 September 2020 akan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas dengan melibatkan unsur TNI/Polri dalam pengawasannya.

“Artinya berskala mikro ini, pembatasan aktivitas kegiatan di RW-RW yang zona merah. ASN, TNI dan Polri akan melakukan pengawasan ketat kegiatan-kegiatan di RW zona merah ini,” ujarnya.

Bima Arya menyebutkan, tercatat ada 104 RW dari 797 RW yang ada di Kota Bogor yang masuk zona merah dengan kasus penularan COVID-19 tinggi.

“Di RW-RW zona merah ini tidak boleh berkerumun, mengadakan aktivitas sosial keagamaan, diminta untuk tinggal di rumah, kecuali kebutuhan medis dan pangan,” katanya.

Di Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas ini, Pemkot Bogor memberlakukan jam operasional bagi toko-toko, unit usaha hingga pukul 18.00 WIB dan juga jam malam aktivitas warga di luar hingga pukul 21.00 WIB.

“Jadi, jam 6 malam ini stop dulu operasional mal, kafe, restoran, jangan sampai ada kerumunan-kerumunan. Kemudian, jam 9 malam sebaiknya tidak ada aktivitas di luar, enggak ada lagi yang nongkrong di mana-mana, kita akan awasi setiap malam. Kita ingin warga tahu bahwa sekarang situasinya sedang tidak baik,” tegasnya.

Pihaknya sudah menyiapkan payung hukum Perwali Nomor 107 Tahun 2020 mengenai sanksi dari hukuman sosial hingga denda jika warga kedapatan melanggar. “Perwalinya tinggal ditandatangani,” katanya. 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, per tanggal 27 Agustus 2020, tercatat zona merah di Kota Bogor, 104 RW zona merah dari total 797 RW atau sebesar 13,42 persen dan 49 kelurahan Zona Merah dari 68 kelurahan atau sebesar 72,05 persen.

Keterangan Jubir Pemkot Bogor untuk Siaga Corona Kota Bogor, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Dr. Sri Nowo Retno, MARS menyampaikan data COVID-19, per 28 Agustus 2020 yakni 553 terkonfirmasi positif dengan 29 orang meninggal dunia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya