Survei Terbaru: 92 Persen Pelajar Kesulitan Belajar Online
VIVA – Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) melaporkan, banyak pelajar dan mahasiswa yang mengaku mengalami kesulitan dan kendala selama belajar secara online pada masa pandemi COVID-19. Selain karena masalah biaya internet, faktor ekonomi juga semakin memperburuk keadaan tersebut.
Survei yang melibatkan 2.201 responden melaporkan sekitar lima persen warga masih sekolah atau kuliah. Dari responden yang belajar atau kuliah online, hampir 92 persen merasa sangat banyak atau cukup banyak masalah yang mengganggu dengan belajar maupun kuliah online.
"Sejumlah warga mengaku berstatus masih sekolah atau kuliah mayoritas mengaku menjalani pembelajaran online di masa COVID-19 dan merasakan banyak masalah terkait belajar online tersebut," kata Manajer Kebijakan Publik SMRC, Tati D. Wardi, dalam seminar virtual, Selasa, 18 Agustus 2020.
Baca juga: Update COVID-19 18 Agustus: Positif 143.043, Meninggal 6.277
Bahkan survei tersebut mengungkap bahwa warga merasa kondisi perekonomian mereka pada masa pandemi semakin berat. Kondisi ekonomi warga dan kondisi ekonomi nasional terasa semakin berat, bahkan terberat dalam 20 tahun masa Reformasi.
"Dari populasi warga yang disurvei, sekitar 24 persen warga mengaku tidak punya akses ke internet. Untuk alat mengakses internet, hanya sedikit warga yang mengaku menggunakan laptop, sementara mayoritas hampir semua warga memilih smart phone," ujar Tati dalam hasil survei tersebut.
Jika dilihat dari demografi, kelompok perempuan, warga perdesaan, warga berpendidikan rendah dan warga yang tinggal di Maluku dan Papua adalah kelompok warga yang merasa berat dengan biaya sekolah online. Mereka juga merasa kondisi ekonomi rumah tangganya jauh lebih buruk, dibanding sebelum wabah.
Sementara itu untuk akses internet, umumnya dinikmati warga yang tinggal di perkotaan seperti wilayah DKI Jakarta dan Banten, berusia muda, berpendidikan tinggi dan berpendapatan besar.
"Temuan menunjukkan beberapa masalah besar selain gangguan selama belajar online, warga terbebani biaya pulsa internet untuk belajar internet. Ini memprihatinkan di tengah kesulitan ekonomi rumah tangga yang dirasakan makin memburuk," ujar Tati.
Selain itu yang lebih menyedihkan, ada sejumlah warga dengan anggota keluarga yang sedang kuliah atau sekolah, dan tidak memiliki akses internet. Sehingga ada kesenjangan menyolok akan akses internet, terutama terkait kebutuhan warga untuk keberlangsungan pembelajaran pada masa COVID-19.
"Dari temuan disimpulkan pelaksanaan belajar online masih jauh dari ideal. Menyadari pandemi COVID-19 datang cepat dan tak terduga, rasanya tidak fair menyalahkan pemerintah Indonesia tidak mengantisipasi masalah terkait belajar online," kata Tati.
"Temuan menunjukkan masalah krusial tentang hak pendidikan warga di masa COVID-19 dan kaitannya dengan status sosial dan ekonomi," ujar Tati.
Baca juga: Polisi Satu Kompi Jemput Paksa Pria Pencium Jenazah Corona