Kakorlantas Jelaskan Alasan Digelarnya Operasi Patuh Setiap Tahun
- Zahrul Darmawan/VIVA.
VIVA – Operasi Patuh 2020 yang digelar selama 14 hari, 23 Juli hingga 5 Agustus 2020 berjalan lancar. Razia kendaraan bermotor di tengah pandemi COVID-19 kali ini memang berbeda dengan saat kondisi normal. Penekanannya pada penerapan protokol kesehatan bagi para pengendara.
Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol Istiono mengatakan, dari hasil evaluasi yang dilakukan pihaknya beserta jajaran di seluruh Indonesia, Operasi Patuh yang mengedepankan tindakan persuasif dan humanis ini berjalan sesuai harapan.
Menurut Istiono, tugas Polri dalam penegakan hukum yang dikedepankan adalah mendisiplinkan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan, serta menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas.
“Sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat, kami berusaha semaksimal mungkin melaksanakan harapan Presiden Joko Widodo untuk selalu peduli melakukan sosialisasi pencegahan penyebaran pandemi COVID-19,” ujar Istiono dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 7 Agustus 2020.
Dalam melaksanakan Operasi Patuh, dia melanjutkan, hal terpenting adalah bagaimana menyadarkan masyarakat dalam gerak langkah berlalu lintas untuk selalu jaga jarak, memakai masker dan jaga kesehatan dengan selalu cuci tangan dalam setiap kesempatan. “Ini penting agar pandemi ini segera berakhir," tuturnya.
Baca juga: Operasi Patuh Jaya, Polisi: Lawan Arus dan Terobos Busway Terbanyak
Dikatakannya, mengapa operasi semacam ini setiap tahun diadakan, hal ini berguna untuk selalu mengingatkan masyarakat pentingnya menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas.
Mengapa demikian, Istiono menjelaskan, angka fatalitas akibat kecelakaan sekarang ini masih cukup tinggi. Untuk itu, diperlukan langkah antisipatif melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang bertanggung jawab di dalam keselamatan berlalu lintas.
Diharapkan, dengan sinergi yang terbangun sesama stakeholders bisa meminimalisasi fatalitas korban laka lantas. Fakta menunjukkan, korban meninggal akibat laka lantas banyak berjatuhan.
"Kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor, turut andil terbanyak menjadi mesin penyebab kecelakaan. Lebih mengenaskan lagi korbannya adalah mereka yang berusia produktif, 15-35 tahun," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Istiono, budaya tertib berkendara dan patuh pada peraturan di jalan raya adalah kunci mengurangi kecelakaan kendaraan bermotor. Meskipun membangun kesadaran terhadap keselamatan berkendara tidaklah mudah. Bahkan, banyak cara yang telah dilakukan oleh kepolisian untuk menekan angka kecelakaan tersebut.
Mantan kapolda Bangka Belitung ini berharap, kegiatan Operasi Patuh ini bisa menandai sebuah gerakan bersama untuk meningkatkan kualitas keselamatan dan keamanan, serta menurunkan tingkat fatalitas korban lakalantas. Di sinilah perlunya terus ditingkatkan memperbaiki moda transportasi umum yang ada.
Berdasarkan data, jumlah penindakan pelanggaran lalu lintas pada Operasi Patuh 2020 menurun dibanding Operasi Patuh 2019. Pada Operasi Patuh 2020 pelanggaran terjadi sebanyak 548.797. Sementara itu, pada 2019 sebanyak 1.060.606 pelanggaran.
"Mengalami penurunan 511.809 pelanggaran atau 48 persen," ujarnya.
Penurunan ini, kata Istiono, disebabkan pelaksanaan Operasi Patuh 2020 penindakan tilang hanya diberikan kepada pelanggaran lalu lintas yang berpotensi menyebabkan kecelakaan. Korlantas berkomitmen di tengah pandemi COVID-19, operasi ini tetap mengedepankan giat preemtif, preventif, dan persuasif serta humanis. (art)