Zona Merah Corona di Mataram Berkurang, Ini Penyebabnya

Sosialisasi protokol kesehatan di Mataram, NTB
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Lomba Kampung Sehat Nurut Tatanan Baru (NTB) memberi dampak bagi kondisi wabah Corona atau COVID-19 di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kelurahan-kelurahan yang semula berstatus zona merah Corona, kini berangsur turun level menjadi zona kuning, oranye dan hijau.

Cagub Iqbal Disindir Tak Promosikan Wisata NTB Selama Jadi Dubes Turki: Saya Dubes RI Bukan NTB

"Memang secara umum di NTB ini, Mataram termasuk yang paling tinggi. Untuk di Mataram sendiri, berdasarkan persentase sistem luasan zona ini, merah cukup dominan sekali. Kalau sekarang, kalau saya lihat merah tetap ada, masih di beberapa wilayah, cuma tidak seperti sebelumnya," kata Kapolresta Mataram, Komisaris Besar Polisi Guntur Herditrianto dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 26 Juli 2020.

Baca juga: Pariwisata Lesu, Warga Lombok Tengah Bertahan Dengan Ini

Tiga Cagub NTB Beradu Gagasan soal Strategi Bangun Pariwisata, Siapa Paling Realistis?

Guntur menggambarkan situasi wabah Corona saat ini di Mataram, di mana sebelumnya dari 50 kelurahan, ada 50 persen yang berstatus zona merah. Kini hanya tinggal 13 kelurahan yang berstatus zona merah. Bahkan, kata dia, saat ini sudah ada beberapa wilayah sudah masuk zona hijau.

"Kurang lebih satu bulan Lomba Kampung Sehat Nurut Tatanan Baru ini dilaunching oleh Bapak Kapolda. Contoh yang merah di tingkat kelurahan ada 50 kelurahan, yang ada sebelumnya kurang lebih di atas 50 persen zona merah. Sekarang 13 wilayah zona merah, sisanya ke oranye, kuning bahkan ada tiga wilayah ditetapkan sudah zona hijau," tutur Guntur.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Guntur juga menceritakan keseriusan para tokoh masyarakat untuk menyehatkan masing-masing lingkungannya. Para tokoh masyarakat, kata Guntur, meminta musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) untuk mengakomodir deklarasi melawan COVID-19.

Baca Juga: #TanyaDokter: Ciri-ciri Mimisan yang Berbahaya

"Jadi kecamatan masing-masing berupaya menghijaukan wilayahnya bersama masyarakat dan tokoh. Terutama di wilayah Ampenan, Gunung Sari dan Cakra. Tokoh masyarakat menginginkan bagaimana kita mengubah grade zona merah ke bawah. Ini diakomodir muspika hingga terbit deklarasi," jelasnya.

Agar deklarasi itu tak sekadar seremonial, sambung Guntur, pihaknya bersama TNI dan Pemkot Mataram melakukan pemantauan dan pengawasan ketat terhadap masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas.

Guntur mengatakan, hal sederhana yang kerap kali disepelekan masyarakat adalah penggunaan masker. Dalam hal ini Bhabinkamtibmas serta Babinsa diperintahkan untuk terus memberikan pemahaman soal pentingnya menggunakan masker. Bagi yang tak taat, Guntur menuturkan mereka diberi sanksi sosial.

"Contoh penggunaan masker. Pendisplinan masyarakat soal penggunaan masker di Mataram ini kalau kita lihat sudah 80 persen warga yang kalau aktivitas menggunakan masker. Kita berikan sanksi sosial yang tak gunakan masker yaitu push up, jalan bebek atau jalan jongkok. Kita harapkan masyarakat memaklumi, kapok dan menyadari pentingnya protokol kesehatan," ucapnya.

Aturan Jam Malam dan Peniadaan CFD

Guntur juga menjelaskan, TNI-Polri serta Pemkot Mataram, dibantu unsur masyarakat lainnya, juga menerapkan aturan jam malam, di mana seluruh usaha masyarakat wajib tutup pukul 22.00 WITA. 

Selain itu, kegiatan mingguan seperti hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) juga dihentikan sementara waktu hingga dinyatakan aman untuk kembali diadakan.

"Kita secara masif bersama unsur lainnya melakukan pendisiplinan masyarakat pada malam hari dengan memberlakukan jam malam, pukul 22.00 WITA semua harus close. Di Mataram ada zona kegiatan hari libur CFD, kita tutup. Pagi sampai pukul 10.0 WITA tak ada CFD. Ada pantai yang biasanya ramai, kita tutup semua," katanya.

Ia menerangkan, mulanya masih banyak masyarakat yang tak paham dengan istilah new normal life, di mana mereka akhirnya abai dengan protokol kesehatan. Masyarakat Kota Mataram sempat bereuforia. Saat itu TNI-Polri dan Pemkot Mataram langsung mengambil sikap memperketat pengawasan, alhasil laju kenaikan kasus melandai per minggunya.

"Jadi ini sebagai dampak dari media sosial soal new normal life. Masyarakat tak memahami soal new normal life. Itu kan ada ketentuannya dan Mataram belum bisa mengarah ke sana. Masyarakat tapi terlanjur euforia ke new normal life. Ketika itu langsung pemkot dan instansi lain mengambil kebijakan dengan harapan mudah-mudahan masyarakat bisa sadar atau paling tidak menekan penyebaran. Per minggu tak tajam naiknya agak landai," ujarnya.

Baca Juga: Daftar Lengkap Peraih Penghargaan Indonesian Movie Actors Awards 2020

Guntur kemudian menyampaikan saat ini pihaknya bersama para staleholders tengah fokus mengamati kegiatan perkantoran, terutama yang bergerak di sektor usaha swasta. Ia menjelaskan, kekuatan jajarannya dan TNI didorong maksimal untuk menekan pertambahan angka Corona di Mataram. 

"Sekarang kita antisipasi pegawai, terutama swasta kita monitor. Kita dorong untuk rapid dan swab test mandiri. Masifnya back up kekuatan Polda NTB dan Korem 162/WB pada penanggulangan COVID-19 di Mataran dan wanti-wanti Pak Kapolda yang setiap waktu mengecek kami di lapangan membuat kami terus bergerak mengawasi perilaku masyarakat. Intinya kami di Kota Mataram dikeroyoklah, tapi saya selaku Kapolresta merasa terbantu," ujar dia.

Guntur menyampaikan, komentar para warga tentang Lomba Kampung Sehat, yang dinilai sangat berpengaruh dalam rangka upaya menekan laju pertambahan kasus positif Corona di Mataram.

Program Kampung Sehat juga membuat masyarakat lebih peduli akan kesehatan, di mana hal tersebut dapat dilihat jika berkunjung ke Desa atau Kelurahan akan melalui pengecekan protokol kesehatan.

Selain itu, setiap Desa dan Kelurahan di Mataram juga saat ini sudah menyiapkan tempat isolasi mandiri bagi warga pendatang atau warga sekitar yang diduga terpapar COVID-19.

"Jadi masing-masing mereka punya ruang isolasi mandiri bagi masyarakat yang datang dan terpapar. Belum tentu di kota besar punya ruang isolasi mandiri di tiap lingkungannya, tapi di sini punya karena mereka termotivasi dengan adanya Lomba Kampung Sehat. Lomba itu stimulan untuk lebih baik dalam penanganan COVID-19." ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya