NU, Bonek, dan Gerakan Sejuta Masker Lawan COVID-19 di Jatim
- VIVA/ Nur Faishal (Surabaya)
VIVA – Wajah Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), KH Miftachul Akhyar, dengan masker menutupi bagian hidung dan mulut terpajang di sebuah poster.
Poster itu tersebar di media sosial dan grup-grup WhatsApp sejak beberapa hari lalu. Di sisi gambar wajahnya, tertulis kalimat "Saya NU Saya Pakai Masker". Segera setelah itu, gambar serupa dengan wajah banyak pengurus dan kader NU bertebaran di dunia maya.
Ajakan bermasker dari lingkungan NU itu diinisiasi dari Jawa Timur, provinsi yang saat ini menempati posisi terbanyak kasus Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 se Indonesia. Kader-kader muda NU Jatim berinisiasi membuat desain sosialisasi, lalu disebarluaskan melalui media sosial sebagai upaya membantu pemerintah menekan angka COVID-19, terutama di Jatim.
Baca juga: Pasien Sembuh Jatim Tertinggi Nasional Dalam 10 Hari Terakhir
Dimulai sejak Rabu, 14 Juli 2020, gerakan #SayaNUSayaPakaiMasker mendapat respons positif. Di Twitter, Instagram, Twibbon, dan Facebook sempat viral. "Alhamdulillah, gerakan ini mendapatkan respons luar biasa dari masyarakat, khususnya warga NU. Di samping itu, hadirnya keteladanan dari foto-foto masyayikh bermasker menjadi magnitude tersendiri," kata Sekretaris NU Jatim, Ahmad Muzakki, Minggu, 19 Juli 2020.
Tak hanya NU, komunitas lain juga ikut berperan mengkampanyekan pentingnya bermasker. Di antaranya komunitas suporter sepakbola Persebaya Surabaya, Bonek-Bonita. Bertajuk #WaniMaskeran, para Bonek beraksi bagi-bagi masker di lokasi pasar dadakan di Tugu Pahlawan Surabaya pada Minggu pagi. Kegiatan itu dihadiri Kepala Polrestabes Surabaya, Komisaris Besar Polisi Johnny Edison Isir.
Johnny mengapresiasi keiikutsertaan Bonek dalam upaya memutus rantai penularan COVID-19. Menurut dia, Tri Wani harus digaungkan di Kota Pahlawan, yaitu wani maskeran, wani cuci tangan, dan wani jaga jarak. "Ini salah satu bukti bentuk kontribusi dan gotong royong dari kawan Bonek," katanya.
Koordinator Tribun Kidul, Devara Noumanto atau Sinyo mengaku bahwa aksi tersebut dilakukan bertujuan untuk menghijaukan kembali Kota Surabaya. "Kami membagikan 3.000 masker di sekitaran Pasar Pagi Tugu Pahlawan karena di pasar rentan dengan kerumunan," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Gugus Tugas COVID-19, Doni Monardo, mengatakan, belajar dari sejarah penanganan Flu Spanyol 1918 silam, kekuatan penanganan pandemi yang paling penting ada pada maksimalisasi peran komunitas. “Kalau komunitas tidak memberikan bantuan (dukungan), sehebat apapun dan sebesar apapun dana oleh pemerintah, tidak ada artinya,” katanya.