Bergelar Guru Besar, Sapardi Djoko Damono Dikenal Sosok Bersahaja
- VIVA/Zahrul Darmawan
VIVA – Segenap civitas akademisi Universitas Indonesia (UI) tengah dirundung duka mendalam atas kepergian Profesor Sapardi Djoko Damono. Sang guru besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI itu tutup usia pada Minggu, 19 Juli 2020.
Hal itu diungkapkan Direktur Kemahasiswaan UI, Devie Rahmawati. Wanita yang akrab disapa Devie itu mengaku sangat kehilangan sosok Sapardi. Ia bahkan menyebut, ada banyak kenangan yang diingat bersama almarhum.
“Salah satu momen yang paling membahagiakan buat saya ketika 10 tahun lalu menjadi mahasiswi di FIB UI. Itu kebanggaan saya karena dapat belajar di dalam ekosistem yang melahirkan tokoh seperti Prof Sapardi Djoko Damono,” katanya, Minggu, 19 Juli 2020.
Baca juga: Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia karena Sakit
Devie menyebutkan, karya-karya sastra almarhum bercirikan bahasa yang lugas, cerdas mewakili rasa, serta mampu menembus batasan usia. “Inilah yang membuat banyak kalangan merasa dekat dengan sosok yang bersahaja ini," katanya.
Menurut Devie, sebagai seorang ilmuwan sekaligus sastrawan, Sapardi tidak pernah membangun jarak dengan siapapun. Pemikiran hingga kelakarnya selalu beriringan dengan situasi kekinian.
“Tak heran, ketika tahun 2017 kami mengundang beliau membahas tentang cinta, para milenial bersuka cita berteriak 'aku ingin', kami sangat menikmati diskusi bersamanya," ujarnya.
Salah satu penggalan puisi yang diingat Devie adalah, "semua yang ditinggalkan mungkin tidak akan setabah hujan di bulan Juni".
“Mengingat yang fana adalah waktu, maka karya-karya beliau akan terus abadi, tidak akan pernah terhapus oleh hujan yang meniadakan awan. Selamat jalan guru bangsa sastra Indonesia, kami mencintaimu. Itulah sebabnya kami tak pernah berhenti mendoakan keselamatanmu di akhirat,” ujar Devie.