New Normal di Indonesia: Penularan Naik, Tes Corona Jadi Ladang Bisnis
- abc
Sampai berita ini diturunkan, angka rata-rata pengetesan harian di Indonesia menurut data Kawal COVID-19 masih di angka 11.344 dengan "positive rate" keseluruhan 12.24 persen, masih jauh di bawah syarat WHO yakni 40.000 orang tes per hari.
Berdasarkan laporan terbaru WHO tanggal 8 Juli, hanya DKI Jakarta yang memenuhi syarat minimum pengetesan WHO, sementara jumlah tes PCR di Jawa Timur, Jawa Barat, Banten dan DIY masih di bawah 0,5 per 1.000 penduduk per pekan.
Tenaga kesehatan berpakaian pelindung diri mengambil spesimen lendir warga yang membayar untuk tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Poli Pinere, RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (05/06/2020).
Supplied: ANTARA FOTO/ FB Anggoro
Jumlah "positivity rate" atau rasio antara temuan kasus dengan tes PCR di Jawa, tertinggi adalah Jawa Timur mencapai 30 persen, kemudian Jawa Tengah sekitar 20 persen.
Melihat angka tes PCR yang rendah, dikhawatirkan kondisi penularan di masyarakat sebenarnya tinggi tapi tidak terdata karena belum dites.
Salah satu cara untuk memaksimalisasi kapasitas tes harian menurut Elina Ciptadi dari Kawal COVID-19 adalah dengan memprioritaskan tes untuk mereka yang berstatus OTG dan ODP.
Ini karena mereka yang PDP, apalagi yang menunjukkan gejala, umumnya sudah dirawat dan kecil kemungkinannya masih beraktivitas di luar rumah, sementara OTG dan ODP masih bisa.
"Kalau enggak dites, mereka enggak tahu mereka sakit dan berpotensi menularkan. Apalagi positivity rate antara PDP, ODP, dan OTG enggak berbeda jauh," kata Elina.
Sementara menurut Pandu, jika PCR tidak memungkinkan, isolasi menjadi mutlak.
"Enggak ada maaf untuk mengatakan tes PCR kita kurang. Kalau memang enggak bisa PCR, ya sudah, isolasi."
"Jangan kemudian dijadikan alasan lagi, karena PCR kita kurang, kemudian rapid test saja lagi," pungkas Pandu.
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia