Terungkap, Penyebab Angka DBD Tinggi saat Pandemi COVID-19

Petugas melakukan pengasapan untuk memberantas nyamuk demam berdarah.
Sumber :
  • VIVA/ Dani.

VIVA – Di tengah situasi pandemi wabah COVID-19, penyakit demam berdarah ternyata juga cukup tinggi jumlahnya hingga Rabu, 8 Juli 2020. Data Kementerian Kesehatan secara nasional seluruh Indonesia, kasus demam berdarah mencapai 71.000 orang dan kematian 459 orang.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, dokter Siti Nadia Tarmizi menyampaikan kenapa kasus demam berdarah juga tinggi angkanya padahal masyarakat semua berada di dalam rumah lantaran pandemi COVID-19.

"Kalau melihat ini lebih mudah memastikannya, berarti penularan di rumah tangga masih sering terjadi. Ini karena masih ada laporan dari fasilitas kesehatan," kata dokter Nadia dikutip dari Youtube Kementerian Kesehatan pada Kamis, 9 Juli 2020.

Menurut dia, peran jumantik (juru pemantau jentik) selama masa pandemi corona ini menjadi terbatas untuk mengingatkan rumah warga akan nyamuk. Sehingga, selama berada di rumah mengetahui ada banyak sarang nyamuk yang menyebabkan demam berdarah menimbulkan kasus.
"Selama jaga jarak kita berada di rumah, jadi kita mengetahui ada banyak sarang nyamuk. Jadi memastikan rumah tangga melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk)," ujarnya.

Negara Asia Dinilai Punya Peran Penting dalam Kesetaraan Negosiasi WHO Pandemic

Baca Juga: Alasan Instagram Hapus Foto Bella Hadid

Adapun, kata Nadia, gejala klasik demam berdarah adalah demam 3 hari tidak turun-turun meski sudah minum obat demam. Kemudian, hari keempat dan kelima demam turun dan terjadi penurunan sel pembekuan darah sehingga menimbulkan pendarahan dalam tubuh. "Bisa melalui mimisan, gusi berdarah dan bintik-bintik merah pada bagian kaki serta tangan. Untuk menjaga kewaspadaan COVID-19 dan demam berdarah, dilakukan tes rapelit untuk membedakan. Bahayanya kalau berat pendarahannya, berat, bisa sampai muntah darah, pendarahan gusi yang tak bisa dihentikan tapi ini tidak bisa dihentikan bagi DBD berat," ucapnya.

Oleh karena itu, Nadia mengimbau masyarakat supaya memastikan rumahnya terbebas dari sarang nyamuk, selain melakukan disinfektan untuk mencegah COVID-19. Kemudian, sosialisasi untuk jemantik kepada masyarakat di rumah masing-masing. "Demam berdarah menjadi perhatian kita juga karena negara tetangga seperti Singapura dan Vietnam, mereka sudah menyatakan kejadian luar biasa untuk demam berdarah. Jadi, Indonesia menjadi suatu kewaspadaan kita untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya peningkatan kasus akibat demam berdarah," kata dia.

Baca juga: Kemenkes: Flu Babi G4 Bisa Jadi Pandemi, Tapi Tak Separah COVID-19

Bisa Berujung Kematian, 3 Hal Ini Wajib Dilakukan untuk Cegah Demam Berdarah
Ilustrasi anak sakit.

Kasus DBD Melonjak, Ahli: 50 Persen Kematian Usia 5-14 Tahun

Indonesia mengalami lonjakan kasus demam berdarah, dengan 88.593 kasus terkonfirmasi dan 621 kematian per 30 April 2024 – sekitar tiga 3 kali lipat lebih tinggi.

img_title
VIVA.co.id
11 November 2024