Jokowi Kembali Tegur Para Menteri: Jangan Kerja Biasa-biasa Saja
- Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden
VIVA – Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan kinerja anak buahnya. Pada rapat di Istana Negara, Jokowi menyatakan bahwa kondisi dunia tengah mengalami krisis.
Presiden meminta meminta seluruh jajarannya untuk memiliki sense of crisis seperti yang diutarakan sebelummya beberapa waktu lalu.
"Pada kondisi krisis, kita harusnya kerja lebih keras lagi. Jangan kerja biasa-biasa saja. Kerja lebih keras dan kerja lebih cepat. Itu yang saya inginkan pada kondisi sekarang ini," kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, seperti keterangan tertulis Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Kamis 9 Juli 2020.
Baca juga: BMKG: Waspada, Hujan Guyur Sebagian Jakarta Malam Ini
Dia mendesak para jajarannya untuk lebih cepat membuat aturan. “Permen (Peraturan Menteri) yang biasanya mungkin 2 minggu ya sehari selesai, membuat PP (Peraturan Pemerintah) yang biasanya sebulan ya 2 hari selesai, itu loh yang saya inginkan,” imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Jokowi seperti mengulang ucapannya pada rapat- rapat sebelumnya. Ia mendesak, para menteri tidak bekerja secara normal. Perlu kecepatan dan terobosan yang dikeluarkan di tengah krisis.
"Dari cara-cara yang sebelumnya rumit, ganti channel ke cara-cara cepat dan cara-cara yang sederhana. Dari cara yang SOP (standar operasional prosedur) normal, kita harus ganti channel ke SOP yang smart shortcut. Gimana caranya? Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara lebih tahu dari saya, menyelesaikan ini. Kembali lagi, jangan biasa-biasa saja," tegasnya.
Jokowi menyebut bahwa prediksi ekonomi dunia juga kurang menggembirakan. Berdasarkan data Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), kontraksi ekonomi global diprediksi mencapai minus 6 hingga 7,6 persen. Kontraksi ekonomi di Tanah Air sendiri sudah terjadi di kuartal pertama, yakni pertumbuhan ekonomi berada di angka 2,97 persen.
"Kalau kita ini tidak ngeri dan menganggap ini biasa-biasa saja, waduh, bahaya banget. Belanja juga biasa-biasa saja, spending kita biasa-biasa saja, enggak ada percepatan. Dari demand, supply, production, semuanya terganggu dan rusak. Ini kita juga harus paham dan sadar mengenai ini," tambahnya.