Mengenal Tes Eclia yang Diklaim Lebih Akurat Dibanding Rapid Test
- VIVAnews/Irfan
VIVA – Di tengah kondisi pandemi virus Corona COVID-19, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito mencoba menawarkan tes Eclia untuk mengecek kondisi seseorang apakah reaktif atau tidak. Tes Eclia dinilai lebih akurat hasilnya dibandingkan rapid test yang selama ini dipakai.
Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan menjelaskan tes Eclia serupa dengan rapid test. Namun, untuk mengetahui hasilnya, tes Eclia menggunakan hasil hitungan mesin. Sementara, rapid test masih memakai diagnosa mata.
Baca Juga: 36 Kabupaten/Kota Berhasil Pindah ke Zona Rendah COVID-19
Banu menyebut dengan perhitungan mesin, tes Eclia dinilai hasilnya lebih akurat dibandingkan dengan rapid test. Jika akurasi rapid test berkisar di 50 persen maka tes Eclia memiliki tingkat akurasi hingga 80 persen.
"Fungsinya seperti rapid (test) mengetahui kekebalan tubuh maupun imunitas diri pasien. Kalau rapid test kering dibaca diagnosa oleh mata. Tetapi kalau ini tes Sardjito dengan alat. Lebih akurat," ujar Banu di RSUP Dr Sardjito, Rabu 8 Juli 2020.
"Begitu dicek, diambil darahnya, masukkan ke mesin. Nanti mesin akan langsung membaca. Makanya akurasinya tinggi," imbuh Banu.
Banu menuturkan bahwa memang hasil yang akurat adalah tes polymerase chain reaction (PCR) atau swab test dengan akurasi 95 persen. Sehingga baik rapid test maupun tes Eclia jika hasilnya reaktif tetap harus dilanjutkan dengan tes PCR.
Selain memiliki hasil yang diklaim lebih akurat, tes Eclia juga disebut lebih murah dibandingkan rapid test. Meskipun belum mau merinci tarif perorangan, Banu menuturkan jika digelar kolektif lebih dari 100 orang maka perhitungan biaya akan lebih murah dibandingkan rapid test.
"Tarif pemeriksaan antibodi itu Rp135 ribu per orang untuk pemeriksaan kolektif banyak di atas 100 orang. Sistem kerja mesin semakin banyak akan semakin murah. Serum sudah banyak terkumpul di-running bareng," urai Banu.
Banu menambahkan meski diklaim lebih akurat namun tes Eclia belum bisa dijadikan sebagai acuan dalam penanganan COVID-19. Salah satunya, transportasi saat ini maskapai penerbangan maupun kereta api masih mengacu pada hasil rapid test sesuai dengan instruksi Gugus Tugas.
"Kalau kita berikan untuk keterangan penerbangan misalnya seperti itu tidak mau. Padahal itu fungsinya sama tapi namanya memang bukan rapid. Harusnya di situ protokol berbunyi pemeriksaan antigen antibodi," jelas Banu.
Â