Soroti Kalung Anti Corona, Said Didu: Akhirnya Kementan Bantah Mentan

Mantan Sekretaris Jenderal BUMN, Said Didu.
Sumber :
  • Twitter: Said Didu

VIVA – Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu kembali menyindir Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo soal temuan kalung antivirus untuk menangkal virus corona COVID-19, yang berbahan eucalyptus atau pohon kayu putih.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Ketika Menteri Syahrul bertandang ke Kantor Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuldjono tampak memakai kalung antivirus yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) pada Jumat, 3 Juli 2020.

Politisi Partai NasDem itu yakin kalau kalung eucalyptus bisa membunuh virus corona, sehingga akan diproduksi secara massal. "Bulan depan ini sudah dicetak, diperbanyak," kata Syahrul usai bertemu dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Koleksi Mobil Mewah Biduan Cantik Titipan SYL di Kementerian Pertanian

Namun, Kementerian Pertanian malah membantah pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa kalung berbahan eucalyptus bukan vaksin tapi untuk menambah proteksi diri. “Dengan memanfaatkan bahan alami yang tidak berbahaya dan telah diuji invitro di laboratorium biosecurity level 3,” tulis akun Twitter Balitbang Kementan.

Dengan begitu, Said Didu beranggapan pernyataan Menteri Pertanian diklarifikasi oleh anak buahnya sendiri. “Akhirnya @kementan bantah Mentan,” kata Said Didu dikutip dari Twitter pada Selasa, 7 Juli 2020.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Saat bertamu ke Kementerian PUPR, Menteri Syahrul dan para jajarannya kompak memakai kalung antivirus corona. "Jadi ini bisa membunuh, kalau kontak 15 menit dia bisa membunuh 42 persen dari Corona. Kalau dia 30 menit maka dia bisa 80 persen," ujar Syahrul.

Sementara Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Fadjry Djufry berharap wacana terkait kalung antivirus corona yang heboh dalam beberapa hari ini, semestinya disikapi dengan upaya pembuktian terkait hal tersebut.

Dia bahkan dengan terang-terangan mengajak siapapun pihak atau lembaga yang lebih kompeten dalam hal penelitian dan pengembangan, guna menuju ke arah uji klinis terkait hal itu.

"Informasi bahwa dari hasil pengujian in vitro, minyak eucalyptus memiliki potensi menetralisir virus corona seharusnya ditangkap oleh lembaga lain yang lebih kompeten untuk melakukan pengujian klinis pada manusia atau pasien Covid-19," kata Fadjry, Senin 6 Juli 2020.

"Dengan demikian, peluang bangsa kita bisa lebih cepat menemukan obat atau teknologi penanganan Covid-19," ujarnya.

Karena itu, Fadjry menegaskan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah upaya saling bersinergi antarpara stakeholder terkait dan semua elemen masyarakat, dalam menangani segala permasalahan akibat pandemi COVID-19.

"Butuh tekad dan semangat untuk saling bersinergi demi kemajuan bangsa ini, bukan saling mencela atau melemahkan," kata Fadjry.

Dia pun menjabarkan, apabila dilakukan penelusuran ilmiah ataupun empiris, banyak informasi yang mendukung hasil inovasi Balitbangtan ini. Menurut Bakkali et al (2008), minyak atsiri umumnya memiliki kemampuan sebagai antimikroba, antivirus, antikanker, antiksidan, anti inflamasi, peningkat daya tahan tubuh.   

Minyak eucalyptus dengan kandungan bahan aktifnya, yaitu 1,8 cineol atau eucalyptol, memiliki kemampuan menghambat replikasi virus influenza (H1N1) menurut Sadatrasuletal (2017).

Selanjutnya beberapa publikasi lain (Sadlon et al., 2010; Singh et al, 2009; Lee et al, 2001; Serafino et al, 2008) menyebut, potensi eucalyptus untuk penanganan gangguan pernafasan, terutama pada pasien dengan pembengkakan saluran nafas dan paru-paru. 

Sebagai antioksidan bahkan eucalyptus sudah digunakan menjadi bahan aktif pada obat Soledum, yang digunakan untuk pengobatan penyakit pernafasan. Kemampuan antimikroba dari Eucalyptus dan Tea Tree Oil yang mengandung 1,8 cineol, berpotensi untuk desinfektan mikroba (May et al., 2000).

Pengujian kedua minyak atsiri ini sebagai bahan desinfektan aerosol, menunjukkan kemampuan antivirus yang kuat yaitu mampu membunuh lebih dari 95 persen virus dalam waktu paparan 5-15 menit (Usachev, 2013).  

"Banyaknya publikasi serta fakta empiris terkait minyak eucalyptus sudah digunakan secara turun temurun sebagai pengobatan alternatif untuk flu dan gangguan pernafasan tentunya menjadi pendukung dari inovasi yang dilakukan oleh Balitbangtan ini," ujarnya.

Baca juga: Bikin Ngilu, Pose Maharatu Bulutangkis Dunia Pakai Bikini

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya