Penumpang Pesawat Cuma Tersisa Puluhan Ribu Orang per Bulan
- ANTARA FOTO/Aji Styawan
VIVA – Jumlah penumpang angkutan udara domestik yang diberangkatkan pada Mei 2020 hanya tersisa puluhan ribu, begitu juga dengan penumpang internasional. Kondisi itu jauh lebih buruk dibanding alat transportasi massal lainnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, jumlah penumpang angkutan udara domestik yang diberangkatkan pada Mei 2020 hanya mencapai 87 ribu orang, turun 89,62 persen dibanding April 2020 sedangkan dibanding Mei 2019 turun 98,34 persen.
Kondisi yang sama juga terjadi untuk jumlah penumpang tujuan luar negeri atau internasional yang hanya 11,7 ribu orang untuk pemberangkatan Mei 2020. Menurun hingga 55 persen dibanding April 2020 dan turun 99,18 persen dibanding Mei 2019.
"Baik angkutan domestik maupum internasional untuk 2020 digambarkan dengan garis merah dan bisa dilihat penurunannya curam dan dalam sekali," kata dia saat telekonferensi, Rabu, 1 Juli 2020.
Penurunan jumlah penumpang, kata dia, terjadi di semua bandara utama yang diamati, yaitu Bandara Ngurah Rai-Denpasar 94,56 persen, Juanda-Surabaya 94,48 persen, Kualanamu-Medan 87,76 persen, Hasanuddin-Makassar 86,33 persen, dan Soekarno Hatta-Banten 85,60 persen.
Sementara itu, jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri pada Mei 2020 tercatat 275,7 ribu orang atau turun 50,73 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok 100 persen, Belawan 100 persen, Balikpapan 100 persen, Makassar 98 persen, dan Tanjung Perak 64,56 persen.
"Karena Covid-19 suasana ramadhan dan lebaran berbeda jauh dengan tahun sebelumnya. Bisa dilihat di sana garisnya patah dan turun ke bawah secara tajam. Jumlah penumpang angkutan laut hanya 0,28 juta orang," tuturnya.
Jumlah penumpang kereta api di Jawa dan Sumatera yang berangkat pada Mei 2020 sebanyak 5,5 juta orang atau turun 7,04 persen dibanding bulan sebelumnya. Dari jumlah tersebut sebagian besar adalah penumpang Jabodetabek, yang merupakan penumpang kereta rel listrik (KRL) yaitu 92,58 persen dari total penumpang kereta api.
"Ini termasuk angkutan KRL di mana itu setiap harinya hampir 900 ribu orang per hari. Jadi dengan berbagai pembatasan sosial dan imbauan kerja, ibadah dan belajar dari rumah berpengaruh besar ke sini," tutur dia.