Logo BBC

Papua Waspada Gelombang Kedua Covid-19: Ini Bukan Kutukan Tuhan

Sejumlah warga antre untuk mendapatkan bantuan sembako dari Pemprov Papua di Panti Jompo Pos Tujuh, Sentani, Jayapura, Papua, Sabtu (2/5/2020)-ANTARA FOTO/GUSTI TANATI
Sejumlah warga antre untuk mendapatkan bantuan sembako dari Pemprov Papua di Panti Jompo Pos Tujuh, Sentani, Jayapura, Papua, Sabtu (2/5/2020)-ANTARA FOTO/GUSTI TANATI
Sumber :
  • bbc

Adapun Memberano Tengah dan Yalimo telah melaporkan adanya dua kasus positif Covid-19, sedangkan Lanny Jaya dan Puncak Jaya, masing-masing melaporkan satu kasus.

Maria Louisa Rumeteray, salah satu dokter yang bertugas di RSUD Wamena, ibu kota Jayawijaya, mengatakan penambahan kasus di Jayawijaya bermakna pandemi Covid-19 belum berakhir dan belum bisa dipastikan kapan ini akan berakhir.

"Apalagi dengan pembukaan penerbangan penumpang pada 26 Juni 2020, tentu kami akan mengalami perubahan-perubahan ke depan. Ke depannya kami belum bisa prediksi," ujar Maria.

Padahal, selain menghadapi Covid-19 warga Jayawijaya masih berjibaku dengan penyakit berbahaya lain, seperti tuberculosis, malaria, dan HIV/AIDS.

Merujuk data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tercatat hanya ada 122 dokter di Jayawijaya.

Ahli epidemiologi dari Universitas Cendrawasih, Hasmi, menyebut penyebaran Covid-19 di Pegunungan Tengah `menjadi indikasi yang tidak baik`.

Sebab, selain fasilitas yang tidak memadai, dan kondisi geografis yang sulit, masih ada resistensi dari masyarakat terkait Covid-19. Seperti yang terjadi di Jayawijaya.

"Petugas [medis] kesulitan karena ketika penduduk akan dikarantina atau dinyatakan sebagai penderita Covid-19 mereka keberatan, dan jika mereka dikarantina akan meminta denda," jelas Hasmi.

`Penyakit kutukan Tuhan`

Hasmi menjelaskan, banyak warga Papua yang belum teredukasi dengan baik terkait Covid-19. Justru, stigma yang ditimbulkan penyakit ini membuat warga ketakutan.