Warga Aceh Menuai Pujian Dunia Selamatkan 100 Pengungsi Rohingya
- abc
PM Malaysia, Muhyiddin Yassin dalam kesempatan itu menyatakan, "kami tak bisa lagi menampung pengungsi tambahan karena sumberdaya dan kemampuan kami sudah terkuras oleh pandemi COVID-19".
"Malaysia secara tidak adil diminta untuk berbuat lebih banyak untuk menampung para pengungsi yang datang," ujarnya.
Rakyat Aceh terikat pada hukum adat yang mewajibkan mereka untuk menolong siapa pun yang mengalami kesulitan di lautan. (Kiriman: Yayasan Geutanyo)
Sejak beberapa bulan terakhir, PBB telah memperingatkan Asia Tenggara akan menghadapi terulangnya krisis Laut Andaman tahun 2015, ketika ribuan orang Rohingya terombang-ambing di laut akibat penolakan sejumlah negara.
Akibatnya, sekitar 370 orang tewas saat itu.
Pandemi COVID-19 kini memperburuk kondisi di tempat pengungsian terbesar di dunia di Cox"s Bazar, Bangladesh, mendorong banyak penghuninya mencari suaka ke tempat lain.
Bulan lalu, PBB menyatakan prihatin dengan adanya perahu-perahu yang dijejali kaum perempuan, pria dan anak-anak terombang-ambing di perairan yang sama. Mereka tak bisa mendarat, kekurangan makanan, air tawar, dan obat-obatan.
Australia memainkan peran sentral bersama dengan AS dan pemerintah setempat dalam menyelesaikan krisis 2015 tersebut.
Usman Hamid dari Amnesty Internasional menyatakan, Indonesia dan Australia dapat mencari solusi atas permasalahan ini melalui mekanisme "Bali Process", yang secara historis berfokus pada perdagangan manusia.