Bencana Hidrometeorologi Masih Terjadi Jelang Akhir Juni 2020

Kawasan Kemang Raya, Jakarta Selatan, banjir, Selasa, 25 Februari 2020. (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • VIVAnews/ Vicky Fajri (Jakarta)

VIVAnews - Bencana hidrometeorologi dikatakan masih terjadi jelang akhir Juni 2020. Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat kejadian banjir dan longsor di beberapa wilayah nusantara seperti Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara.

Hujan Deras Guyur Bali, Sejumlah Daerah Terendam Banjir

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB, Raditya Jati, mengatakan berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa beberapa wilayah masih berpotensi hujan dengan curah hujan menengah hingga tinggi. Beberapa wilayah tersebut teridentifikasi di Pulau Sulawesi, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

“Bahkan hingga awal Juli 2020, wilayah tadi masih berpotensi hujan dengan intensitas menengah,” kata Jati dalam keterangannya diterima VIVAnews, Minggu, 28 Juni 2020.

Banjir Hantam Sulsel, Akses Jalan Lumpuh Total, Kendaraan dan Rumah Terendam

Baca juga: Kisah Pilu Korban Banjir Bandang, Rumah Hanyut, Keluarga Hilang

Jati mengungkapkan Pusdalops mendapatkan laporan kejadian banjir di wilayah Sulawesi pada Sabtu lalu, seperti di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Kepulauan Taliabu, Maluku Utara, Kabupaten Boalemo dan Pohuwanto, Gorontalo, dan Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah.
Ribuan warga terdampak banjir di wilayah-wilayah tersebut seperti di Lamandau 723 KK, Taliabu 700, Bolaang Mongondow Selatan 220, Boalemo 125 dan Pohuwanto 40.

355 Warga Terpaksa Mengungsi Akibat Banjir di Makassar

Sedangkan berdasarkan analisis dari InaRISK, Indonesia memiliki potensi risiko sedang hingga tinggi untuk bahaya banjir. Jiwa terpapar bahaya ini mencapai 100 juta penduduk di seluruh provinsi.

Luas wilayah memiliki potensi terdampak banjir hingga hampir 20 juta hektar. Adapun bahaya longsor, lanjut Jati, wilayah Indonesia memiliki jiwa terpapar hingga 14 juta penduduk dan luas wilayah berisiko mencapai 57 juta hektar di 33 provinsi.

“Melihat kondisi hingga awal Juli 2020, masyarakat diimbau untuk tetap siap siaga dalam menghadapi ancaman bahaya, khususnya hidrometeorologi,” ujarnya.

Menurut Jati, kesiapsiagaan berbasis masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan jiwa. Hal sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat seperti memetakan wilayah berpotensi banjir dan longsor, serta melihat kondisi tanah di lapangan. Selain itu, curah hujan tinggi dan berdurasi lama dapat berpotensi banjir.

Meski potensi bahaya banjir dan longsor masih dapat terjadi, masyarakat juga diminta selalu siap siaga dalam menghadapi potensi bahaya lain, seperti angin puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api dan pandemi Covid-19 yang masih menjadi ancaman di sekitar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya