Hendropriyono Klaim Sultan Hamid II Pengkhianat Bangsa Dibantah Keras
- VIVAnews / Ngadri
VIVA – Dunia maya di Tanah Air kembali digegerkan dengan adanya cuplikan video yang menampilkan wawancara diduga mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono, yang mengatakan bahwa Sultan Hamid II adalah penghianat bangsa. Video yang berdurasi 6 menit tersebut juga diunggah ke YouTube Channel Agama Akal TV dengan sub judul "Pengkhianat, Kok Mau jadi Pahlawan? / Part 1 Hendropriyono."
"Kalau saya tidak berlebihan mengingatkan sejarah atau latar belakang Sultan Hamid II Alqadrie ini, dia adalah pengkhianat, bukan pejuang. Pengkhianat bangsa Indonesia," kata Hendropriyono di video itu, yang sebelumnya menyatakan gencarnya pesan lewat WhatsApp dan media sosial tentang pengusulan Sultan Hamid II sebagai pahlawan nasional.
Setelah beredarnya video tersebut, Ketua Yayasan Sultan Hamid II, Ansari Dimyati, langsung membuat bantahan dan klarifikasi bahwa pernyataan AM Hendropriyono yang disampaikan melalui video yang diunggah ke YouTube Channel Agama Akal TV tidak benar.
"Pernyataan mantan Kepala BIN AM Hendropriyono,yang mengatakan bahwa Sultan Hamid II pengkhianat bangsa itu tidak benar, dan atas pernyataan tersebut mengundang reaksi warga Pontianak dan Kalimantan Barat," kata Ansari Dimyati kepada sejumlah wartawan pada Minggu, 14 Juni 2020, di Pontianak.
Ia melanjutkan bahwa Sultan Hamid II adalah seorang pejuang yang ikut mengisi kemerdekaan di negeri ini dan banyak jasa-jasa beliau yang telah disumbangkan untuk memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai bukti kecintaannya terhadap Negara Indonesia Sultan Hamid II telah merancang lambang burung Garuda.
"Jadi tudingan mantan AM Hendropriyono yang mengatakan bahwa Sultan Hamid II adalah penghianat bangsa tidak benar. Karena kami memiliki bukti dan sejarah tentang Sultan Hamid II," tegas Ansari.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Barat, Sy Amin Muhammad, menyayangkan pernyataan Hendropriyono itu, yang dikenal sebagai salah seorang tokoh nasional. "Seorang tokoh nasional seharusnya ketika menyampaikan pernyataan itu mempersatukan anak bangsa, bukan malah membuat provokasi sehingga membuat kegaduhan," ujar Amin.