Curahan Hati Keluarga Pasien Dicurigai Covid-19 Merasa Disanksi Sosial
- bbc
"Pada saat itu kekhawatiran keluarga dan warga sehingga terjadi insiden yang saat itu [terjadi] miskomunikasi, kesalahpahaman dan rasa panik karena tujuannya ke sana untuk melayat. secara spontan tanpa berpikir panjang masyarakat dan warga dan saudara-saudaranya mengambil jenazah itu secara paksa," ujar Sandam, seperti dilaporkan oleh Quin Pasaribu untuk BBC News Indonesia.
"Warga merasa khawatir karena jika dimakamkam dengan protokol pemakaman Covid-19, pemakamannya tidak menurut aturan dan budaya, secara agama masing-masing," imbuhnya.
Padahal, merujuk dari hasil laboratorium menunjukkan Rosidi negatif Covid-19. Hal ini dikonfirmasi oleh juru bicara Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Bekasi, Alamsyah, yang menyebut jenazah pasien PDP corona bernama Rosidi yang diambil paksa di RS Mekar Sari, negatif corona.
Buntut dari insiden ini, keluarga kemudian mengajukan permintaan maaf kepada pihak rumah sakit pada Selasa (09/06). Pihak keluarga dan rumah sakit sudah berdamai atas insiden pengambilan paksa jenazah ini.
Cermin emosi negatif masyarakat di tengah ketidakpastian pandemi
Psikolog sosial dari Universitas Indonesia Sunu Bagaskara mengatakan fenomena pengambilan paksa jenazah Covid-19 mencerminkan emosi negatif masyarakat di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama tiga bulan terakhir, sehingga mereka cenderung mengambil tindakan berisiko.
"Orang kalau dalam situasi atau emosi negatif, terutama sedang marah, itu akan melakukan sesuatu hal yang lebih berisiko, sehingga mereka memandang remeh sebuah risiko," ujarnya, seraya menambahkan risiko terpapar Covid-19 bagi mereka yang mengambil paksa jenazah berstatus PDP yang ternyata positif Covid-19.
Lebih jauh, dia menjelaskan alasan mengapa orang-orang mengambil paksa jenazah kerabatnya. Salah satunya karena mereka "panik dan syok atas keadaan yang terjadi". Apalagi, belum ada kepastian apakah jenazah itu positif atau negatif Covid-19.
"Ini memicu ketidakpastian di masyarakat, di keluarga, dan mereka memutuskan mengambil [jenazah] karena mereka meyakini almarhum meninggal bukan karena corona," kata dia.
Alasan lain, lanjut Bagas, berkaitan dengan "kebiasaan yang berhubungan dengan budaya dan agama". Apalagi, warga di berbagai daerah memiliki patokan agama dan budaya dalam memperlakukan orang yang meninggal.