Mengapa Angka Kematian Anak Akibat Virus Corona di Indonesia Tinggi?
- abc
"Coverage [imunisasi kita secara nasional hanya 60 persen. IDAI sudah merekomendasikan agar ini tetap berjalan, tapi Dinas Kesehatan kurang meng-endorse-nya."
Namun, Aman menegaskan, IDAI tidak menyalahkan puskesmas atau posyandu yang berhenti melayani di masa wabah virus corona ini.
"Mereka juga mungkin takut, tidak punya keahlian membedakan anak yang sakit dan sehat saat ini, belum lagi ketiadaan APD," katanya.
Di luar rendahnya cakupan imunisasi nasional, hasil penelitian terbaru dari organisasi "Save the Children" mencatat cakupan imunisasi diprediksi akan menurun lagi hingga 30 persen karena COVID-19.
Akibatnya, 10 juta anak berpotensi tidak mendapatkan imunisasi sehingga jutaan anak akan rentan terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti tuberkulosis, campak, dan pneumonia.
"Jika imunisasi kita secara nasional turun menjadi di bawah 50 persen, bisa dibayangkan tahun 2021 nanti seluruh wabah penyakit akan timbul semua," kata dr Aman, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Dr Aman juga mengingatkan kebutuhan anak dalam masa tumbuh kembangnya sangat berbeda dengan orang dewasa.
"Anak bukan miniatur orang dewasa. Mereka punya kebutuhan yang berbeda, karena fisiknya masih bertumbuh dan berkembang, demikian pula otaknya."
Tak cukup menunda masuk sekolah
Memasuki masa pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar, yang disebut di Indonesia sebagai "new normal", rencana pembukaan kembali sekolah membuat resah sebagian besar masyarakat.
IDAI termasuk yang mendukung agar anak-anak tetap belajar di rumah.