Belajar dari Rumah: Masih Ada Kesenjangan Pendidikan di Indonesia?
Meski pelajaran disampaikan dengan bantuan teknologi, kadang ada masalah teknis seperti gangguan sinyal, atau gangguan lain seperti situasi rumah yang tidak ideal untuk mencerna pelajaran.
Namun ia merasa tantangan terbesarnya saat ini adalah bagaimana menjaga semangat murid-muridnya dalam kondisi yang tidak ideal ini.
"Materinya memang sudah dipersiapkan sesuai dengan Perangkat Pembelajaran untuk satu semester, tapi bagaimana cara menyampaikannya dalam tiap virtual class itu semua tergantung kreativitas guru."
Ruang memperbaiki kompetensi guru Sejumlah pengamat pendidikan menilai perbedaan kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi bukan sekedar masalah sekolah negeri dan swasta. (Flickr, CC, Fadla)
Sejumlah pengamat dan guru mengakui jika persoalan pendidikan di tengah pandemi COVID-19 bukan pada kemampuan guru yang tidak menguasai materi pelajaran, namun cara menyampaikannya secara daring.
"Guru-guru kita kompetensinya rendah terutama dalam penguasaan teknologi," ujar Indra Charismiadji, pengamat dan praktisi pendidikan dari "Center for Education Regulations and Development Analysis" (CERDAS) kepada JPNN, awal Mei lalu.(01/05).
"Hanya 2,5 persen yang tidak gagap teknologi. Selebihnya gaptek alias gagap teknologi," tambah Indra.
Begitu pula kondisi di Aceh, seperti yang diceritakan oleh Siti, tidak semua guru memiliki kemampuan sama dalam beradaptasi dengan penggunaan teknologi.
Sementara di Ambon, Helga menyarankan perlu adanya pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi informasi sehingga kemampuan guru menjadi lebih merata.
Ubaid dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia berharap pandemi virus corona saat ini dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru.
"Menjadi momentum untuk meng-upgrade kompetensi para guru untuk dapat melakukan proses-proses pembelajaran secara fleksibel, kreatif dan inovatif," kata Ubaid.