Belajar dari Rumah: Masih Ada Kesenjangan Pendidikan di Indonesia?
"Belum lagi rata-rata anak-anak berasal dari keluarga ekonomi ke bawah, jadi meski punya hape tapi tidak punya paket internet," kata Siti kepada Erwin Renaldi.
Madrasah tersebut saat ini hanya bisa mengandalkan platform WhatsApp karena dianggap paling sederhana dan tidak banyak membutuhkan data internet.
"Kadang-kadang hari ini kita memberikan tugas untuk anak-anak, baru dibalas besok atau bahkan minggu depan setelah punya paket internet," tambahnya.
"Ketika datang musibah seperti pandemi virus corona ini kita bisa mengetahui ada sedikit kesenjangan dalam pendidikan," ujar Siti.
Seperti juga yang dikatakan oleh Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, bahwa pendidikan yang dilakukan jarak jauh akibat pandemi COVID-19 telah membuka mata soal kondisi pendidikan di Indonesia.
Ia juga menganggap layanan pendidikan di Indonesia belum menjadi perhatian utama dalam situasi darurat seperti saat ini.
"Mengabaikan sektor pendidikan di kala bencana adalah kelalaian fatal yang mengundang bencana berikutnya yang lebih destruktif," kata Ubaid dalam keterangan pers Memperingati Hari Pendidikan Indonesia, awal Mei lalu.
Tantangan meski ada teknologi Menurut salah seorang guru di Ambon, Helga Mediya Soplantila, banyak tantangan dan ruang untuk perbaikan dalam proses mengajar saat pandemi. (Supplied: Helga Mediya Soplantila).
Seorang guru SD dan SMP di Yayasan Kalam Kudus, Ambon, Maluku, Helga Mediya Soplantila, sudah dua puluh tahun berprofesi sebagai guru.
Menurutnya, metode tatap muka membuat siswa lebih fokus dan mudah memahami pelajarannya.
Karenanya, proses belajar-mengajar yang dijalankannya selama tiga bulan belakangan tidak maksimal karena hanya bisa memberikan dua mata pelajaran per hari.