Rapid Test Covid-19 di Bank BJB Depok: 14 Dinyatakan Reaktif
VIVA - Pemerintah Kota Depok tengah berusaha keras mempercepat penanganan Covid-19 dengan memperluas titik rapid test secara massal di tempat umum. Salah satunya ialah di kantor cabang Bank BJB, di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat.
Hasilnya, dari sekitar 178 orang yang menjalani pemeriksaan tersebut, 14 di antaranya dinyatakan reaktif. Hal itu dibenarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, dokter Novarita.
“Iya betul,” katanya saat dihubungi awak media pada Kamis 28 Mei 2020.
Namun demikian, Novarita menegaskan 14 orang tersebut belum bisa dinyatakan positif atau negatif covid, karena masih harus menunggu uji swab PCR. “Akan di swab, ini lagi menunggu jadwal,” katanya.
Untuk pencegahan, saat ini ke-14 orang tersebut menjalani isolasi mandiri di kediaman masing-masing. Novarita memastikan hasil rapid test tidak akan menggangu sistem operasional bank tersebut.
“Kan masih ada pegawai yang lain,” ujarnya.
Untuk diketahui, jumlah orang terjangkit Covid-19 di Kota Depok kembali meningkat pada Rabu, 27 Mei 2020. Data pemerintah setempat mencatat, saat ini jumlahnya bertambah dari 535 orang, menjadi 544 orang.
“Penambahan kasus konfirmasi positif hari ini (kemarin-red) sebanyak 9 kasus,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana, dalam keterangan tertulisnya.
Ia menjelaskan penambahan tersebut berasal dari tindaklanjut program rapid test Kota Depok yang ditindaklanjuti dengan swab di Labkesda dan PCR di Laboratorium Rumah Sakit Universitas Indonesia sebanyak 8 orang dan 1 orang lagi infomasi kasus yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Pun demikian, bertambahnya kasus positif pada hari ini diikuti oleh jumlah pasien yang berhasil sembuh. Dadang mengatakan mereka yang dinyatakan pulih dari infeksi virus tersebut bertambah dari 128 orang, menjadi 179 orang.
“Alhamdulillah jumlah pasien sembuh bertambah 51 orang, totalnya pada hari ini 179 orang,” ujarnya.
Akan tetapi, untuk jumlah korban meninggal dunia juga mengalami lonjakan, dari 24 orang menjadi 28 orang atau meningkat 4 kasus. Selain itu, pemerintah setempat juga mencatat data terbaru pada sejumlah kategori.
Di antaranya, untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) bertambah dari 1.660 orang, menjadi 1.670 orang atau meningkat 10 kasus. Selesai pemantauan bertambah dari 728 orang, menjadi 763 orang. Kemudian mereka yang masih dalam pemantauan berkurang dari 932 orang, menjadi 907 orang.
Berikutnya, untuk kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) bertambah 6 kasus dari 3.727 orang, menjadi 3. 733 orang. Terkait angka itu, selesai pemantauan naik dari 2.146 orang, menjadi 2.187 orang. Dan mereka yang masih dalam pemantauan saat ini dari 1.581 orang, menjadi 1.546 orang.
Selanjutnya, kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP) tidak ada penambahan kasus, masih sama seperti kemarin yakni 1.426 orang. Selesai pengawasan untuk kasus itu bertambah dari 746 orang, menjadi 776 orang.
Masih terkait angka tersebut, jumlah orang dalam pengawasan berkurang dari 680 orang, menjadi 650 orang. Sedangkan jumlah PDP yang meninggal naik dari 71 orang, menjadi 73 orang.
“Untuk PDP yang meninggal saat ini berjumlah 73 orang, terdapat penambahan dibandingkan hari sebelumnya yaitu sebanyak 2 orang,” kata Dadang.
Namun demikian, Dadang kembali mengingatkan status PDP merupakan pasien yang belum bisa dinyatakan positif atau negatif, karena harus menunggu hasil PCR, yang datanya hanya dikeluarkan oleh Public Health Emergency Operating Center (PHEOC) Kemenkes.