Dokternya Bikin Geram Pemkot Surabaya, Begini Penjelasan RS Royal

VIVA – Manajemen Rumah Sakit Royal Surabaya bertindak cepat setelah salah satu dokternya, Aditya C Janottama, menyampaikan kritikan terhadap Pemerintah Kota Surabaya terkait penanganan Covid-19. Kritikan itu melalui akun Twitternya, @cakasana. 

Dokter Sonia Wibisono Ungkap Cara Menurunkan Berat Badan Sehat Tanpa Rasa Lapar Berlebihan

Manajemen RS Royal langsung memanggil dan mengklarifikasi Aditya. Aditya mencuit karena kekeliruan informasi. Ia pun dijatuhi sanksi.

Ditujukan kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, RS Royal secara resmi menyampaikan klarifikasi melalui surat bernomor 180.RS-R.05.2020. lima poin tertulis dalam surat itu. 

Richard Lee Vs Doktif Ribut, Deddy Corbuzier Singgung Sumpah Dokter: Buat Memperkaya Diri?

Pertama, dijelaskan bahwa Aditya C Janottama benar sebagai karyawan di RS Royal Surabaya yang bertugas sebagai dokter jaga di IGD.

Kedua, RS Royal membantah pernyataan Aditya di akun Twitternya, @cakasana, bahwa RS Royal tidak menerima bantuan alat pelindung diri atau APD dari Pemkot Surabaya. 

Warganya Ditangkap Usai Tabrak Kerumunan Pasar Natal di Jerman, Begini Respons Arab Saudi

Manajemen RS Royal menganggap pernyataan tersebut adalah bersifat pribadi. Karenannya, pada poin ketiga RS Royal menyampaikan bahwa pihaknya tidak bertanggungjawab atas pernyataan Aditya tersebut.

Juru bicara RS Royal Surabaya, Dewa Nyoman Sutanaya, membenarkan bahwa surat klarifikasi yang beredar itu resmi dikeluarkan rumah sakitnya.

“Iya, kami barusan rilis sudah didiskusikan oleh manajemen dan diputuskan oleh direktur, dan juga sudah koordinasi dengn Humasnya Kota (Pemkot) Surabaya,” katanya dihubungi VIVAnews melalui sambungan telepon genggam pada Kamis, 28 Mei 2020.

Ia mengaku manajemen RS Royal langsung memanggil dan mengklarifikasi Aditya begitu cuitannya heboh di dunia maya. Hasil klarifikasi, Aditya tidak menerima informasi bahwa RS Royal sudah menerima bantuan APD dari Pemkot Surabaya. 

“Mungkin saat distribusi (APD, Aditya) tidak kebagian, dokter yang kebagian yang lain. Kan yang dapat APD bukan cuman dokter, ada perawat nakes yang lain. Mungkin salah pahamnya di situ,” kata Dewa.

Dewa mengaku, selama pandemi Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19, RS Royal Surabaya menerima bantuan APD dari sejumlah donator, tidak hanya dari Pemkot Surabaya. Adapun dari Pemkot Surabaya ialah APD seperti baju hazmat, hand sanitizer, masker, face shield, dan lainnya. 

“Pemkot (bantu) APD, juga (wedang) jahe dan telur, walaupun sekarang berhenti,” ujarnya.

Bantuan APD dari sejumlah donator, baik pemerintah maupun lembaga donasi lainnya, itu lantas ditampung di gudang logistik RS Royal Surabaya. Dari situ kemudian manajemen mendistribusikannya ke seluruh tenaga kesehatan. 

Nah, para tenaga kesehatan yang memperoleh APD tidak diberitahu asal APD tersebut. “(Distribus APD) Dipilih berdasarkan tempat-tempat yang membutuhkan,” katanya.

Sebelumnya, netizen Surabaya, Jawa Timur, dihebohkan cuitan akun Twitter @cakasana (Aditya C Janottama), seorang dokter di RS Royal Surabaya, pada Rabu, 27 Mei 2020, yang mengkritik penanganan Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 oleh Pemerintah Kota Surabaya. Pihak pemkot langsung merespons dan menyangkal pernyataan yang dicuitkan Aditya.

Cuitan itu diunggah Aditya di akun Twitternya pada Selasa kemarin, 26 Mei 2020. Ia memulai unggahannya dengan kalimat sebagai berikut

"Oke kalau gitu mulai saja… SEBUAH UTAS tentang bobroknya penanganan COVID-19. Selanjutnya, ia menyampaikan tentang RS-RS rujukan Covid-19 di Surabaya yang satu sama lain berbeda kondisi dan fasilitasnya."

Hal yang bikin heboh, Aditya juga mengunggah kritik bernada nyinyir yang menyasar Pemkot Surabaya. Menyertai foto sebuah surat edaran tentang himbauan pemakaian APD di seluruh rumah sakit, ia menuliskan kalimat: “Kita dapet edaran ginian. Tapi ga dibantu sama sekali dari pemkot. Dapetnya dari pemprov.”  Ia pun menyebut bantuan dari Pemkot Surabaya hanya telur rebus dan wedang jahe.

Pemkot Surabaya pun langsung menanggapi informasi sepihak yang diunggah Aditya di akun Twitternya itu. Koordinator Protokol Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Muhammad Fikser, menyayangkan unggahan tersebut. Menurutnya, unggahan itu bisa berdampak buruk pada persepsi masyarakat terhadap tenaga medis di Surabaya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya