Kreasi Kue Kering Bertema Corona, Bentuknya Unik-unik
VIVA – Kondisi pandemi virus corona atau Covid-19 tidak melulu membuat orang menjadi frustrasi. Berbagai ide bisnis justru muncul di tengah kondisi seperti saat ini.
Salah satu orang yang menjadikan pandemi Covid-19 sebagai inspirasi bisnis adalah Nur Wahyuni. Perempuan berusia 44 tahun yang merupakan perajin kue kering di Yogyakarta justru terinspirasi membuat kue bertema Covid-19.
Dari rumahnya yang berada di Jalan Sisingamangaraja Nomor 36 Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, Wahyuni memproduksi kue kering bertema Covid-19. Bentuk unik roti kering bertema Covid-19 justru menjadi daya tarik tersendiri bagi pembeli.
"Awalnya mau enggak buat. Apalagi ada imbauan pemerintah enggak boleh kumpul. Berarti kan enggak ada tamu yang akan datang pas lebaran. Akhirnya berpikir, apa yang bisa dijual cepat di musim pandemi corona ini. Akhirnya kepikiran motif tentang Covid-19. Mikir semalaman itu," ujar Wahyuni, Jumat, 22 Mei 2020.
Dari buah berpikirnya selama semalam, Wahyuni kemudian membuat beberapa bentuk kue kering bertema Covid-19. Kue kering ini dibentuknya menjadi masker, hand sanitizer, sabun, obat, baju dokter, hingga berbentuk hati. Bahkan Wahyuni juga membuat kue kering bermotif wajah bermasker, disebut dengan kue 'Gemas'.
Kue kering bertema Covid-19 buatan Nur Wahyuni, warga Yogyakarta. (Foto: VIVAnews/Cahyo Edi)
"Gemas itu gerakan memakai masker, untuk satu toples dengan semua isi kue kering masker. Ada yang diisi berbagai tema Covid-19," ujar Wahyuni.
Wahyuni mengaku bentuk unik kue Covid-19 ini justru mampu menarik perhatian pembeli. Karena bentuknya yang unik ini, orderan roti kering bertema Covid-19 ini banyak dicari pembeli.
Wahyuni menyebut jika dalam kurun waktu satu minggu setidaknya ada tujuh pesanan dari pengecer. Seharinya, minimal Wahyuni bisa mengirim lima hingga 10 lusin kue kering.
"Harga setengah kilogram atau satu toples berkisar Rp65 ribu sampai Rp80 ribu. Tergantung karakternya dan bahan membuat kue. Ada juga nastar keju Rp70 ribu per toples dan fondan Rp80 ribu per toples," urai Wahyuni.
Meski demikian, Wahyuni mengaku daya beli masyarakat membeli kue untuk lebaran kali ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu, kata Wahyuni, sejak dua bulan sebelum lebaran orderan kue kering sudah ramai.
Wahyuni yang sejak tahun 2002 menggeluti bisnis kue kering mengaku tahun lalu bisa mempekerjakan 20 orang untuk membantunya membuat kue kering. Di masa lebaran tahun lalu, Wahyuni mampu menjual 700 lusin kue kering dengan omzet mencapai Rp200 juta.
Kondisi itu disebut Wahyuni berbanding terbalik dengan lebaran tahun ini. Omzet dagangan kue kering Wahyuni menurun drastis hingga 70 persen.
"Di masa pandemi ini turun lebih 70 persen. Tahun ini sampai pekan kedua Ramadan saya baru menerima 10 lusin pesanan. Kalau dihitung sampai sekarang baru menjual 70 lusin kue kering. Tapi ya lumayan bisa bantu ngasih pemasukan buat tetangga yang suaminya terdampak Covid-19," tutur Wahyuni.
Wahyuni berharap kondisi pandemi virus corona ini bisa segera berakhir dan perekonomian kembali membaik. Wahyuni juga berharap agar masyarakat yang terdampak pandemi virus corona secara ekonomi pun bisa menemukan jalan keluar dan pulih perekonomiannya.