Alat Rapid Test dan PCR Buatan Dalam Negeri Diproduksi Massal Mei Ini
- VIVAnews/Ridho Permana
VIVA – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, menyampaikan, untuk alat test, baik itu rapid test dan PCR (polymerase chain reaction), sudah bisa diproduksi dalam negeri.
Bahkan, untuk kapasitas produksinya, kata Bambang, bisa mencapai 100 ribu dalam satu bulan.
"Yang rapid test, sudah ada yang sedang dalam tahap uji validasi dan registrasi di Kemenkes sehingga ditargetkan rapid test berbasis peptida sintesis ini bisa diproduksi 50.000-100.000 unit," kata Bambang, dalam keterangan pers usai rapat kabinet terbatas, Senin 11 Mei 2020.
Jumlah 100 ribu unit itu menyesuaikan dengan kapasitas industrinya. Begitu juga dengan PCR, yang saat ini sedang diuji oleh Kementerian Kesehatan, tetapi akan rampung dalam waktu dekat. Setelah itu, sudah bisa diproduksi massal juga.
"Mengenai test kit PCR, tahapannya sudah validasi dan registrasi yang akhir bulan diharapkan bisa diproduksi sampai 50.000 unit juga," katanya.
Persoalan ketersediaan alat-alat test ini, memang sempat dikeluhkan oleh Presiden Joko Widodo. Sebab, ia memerintahkan untuk bisa dilakukan tes secara massal, yakni sampai 10 ribu setiap harinya.
Dengan keberhasilan pembuatan alat rapid test maupun PCR ini, Bambang yakin keinginan Presiden Jokowi untuk tes massal itu, bisa dipenuhi.
"Diharapkan bisa memenuhi target 10.000 tes per hari nantinya," katanya.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan, harusnya perbaikan total yang diminta untuk kapasitas pengujian spesimen PCR, sudah bisa dilakukan. Sehingga mampu dilakukan pengetesan secara massal dalam hitungan hari.
"Saya baru mendapatkan laporan bahwa kemampuan pengujian spesimen untuk PCR sekarang ini sudah mencapai 4 ribu sampai 5 ribu sampel per hari. Saya kira ini masih jauh dari target yang saya berikan yang lalu yaitu 10 ribu spesimen per hari," kata Presiden Jokowi, dalam pembukaan rapat kabinet terbatas, Senin 11 Mei 2020.