Gempa Terkini Dirasakan dan Penjelasan BMKG Terkait Dentuman di Jateng

Petugas BMKG di pusat pemantauan gempa bumi.
Sumber :
  • M Nadlir

VIVA – Gempa bumi dangkal sempat mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Senin pagi, 11 Mei 2020. Gempa ini dirasakan dengan magnitudo 4,4 pada kedalaman hanya 13 kilomter saja. 

Fenomena Aneh Benda Putih Mengambang dari Langit di Kalteng, Begini Penjelasan BMKG

Gempa terjadp pada pukul 05.09 Wib, dan tercatat BMKG sebagai gempa yang dirasakan. Pusat gempa berada di laut sekitar 18 kilometer Barat Laut Lombok. Gempa ini dirasakan pada wilayah Karang Asem dan Lombok utara. 

Dilaporkan bahwa gempa susulan di wilayah ini masih terjadi, meski dengan kekuatan yang jauh lebih rendah dari gempa awal tersebut. 

Waspada! BMKG Prediksi Hujan di Sebagian Besar Wilayah Indonesia, Selasa 12 November 2024

Gempa bumi juga terjadi pada pagi ini di Laut Banda dengan kekuatan 5,7 SR pada pukul 08.06 WIB. Berada pada 5,95 lintas setalan dan 129,85 bujur timur. Gempa berada pada kedalam 10 kilomter. Gempa tidak berpotensi tsunami.

Sebelumnya, gempa juga terjadi di Laut Banda dengan kekuatan 5,1 SR, pada pukul 12.49 WIB, Sabtu 9 Mei 2020. Gempa ini berada pada 7,23 lintang selatan dan 129,6 bujur timur pada kedalaman 184 kilometer. Gempa ini juga tidak berpotensi tsunami.

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Buol Sulteng, BMKG Ungkap Penyebabnya


Bunyi dentuman di Jateng

Bunyi dentuman keras diinformasikan didengar sejulah warga di Jawa Tengah pada Senin dini hari, 11 Mei 2020, pada pukul 00.45 sampai pukul 01.15 WIB. 

Banyak warga yang menduga asal dentuman itu, tapi paling banyak mengaitkan dengan aktivitas gunung berapi dan juga gempa bumi di wilayah sekitar Jawa Tengah.

Namun, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyampaikan kalau laporan adanya suara denteuman yang didengar warga di Jateng padi tadi, tidak ada catatan terkait dengan aktivitas gempa yang terjadi di Jawa Tengah.

"Perlu kami informasikan bahwa pada hari Senin, 11 Mei 2020, pukul 00.45 sampai 01.15 WIB, yang mana peridoe waktu ini disebut-sebut oleh warga muncul suara dentuman, setelah dilakukan pengecekan terhadap gelombang seismik dan seluru sensor gempa BMKG yang tersebar di Jawa Tengah, hasilnya menunjukan tidak ada catatan aktivitas gempa yang terjadi di Jawa Tengah," kata Daryono, Senin, 11 Mei 2020.

Sehingga BMKG memastikan sumber suara dentuman tersebut tidak berasal dari gempa tektonok, karena jika sebuah aktivitas gempa sampai mengeluarkan bunyi ledakan, artinya kedalam hiposenter gempa tersebut sangat dangkal, dekat permukaan, dan jika itu terjadi maka akan tercatat oleh sensor gempa.

Saat ini BMKG mengoperasikan lebih dari 22 sensor gempa dengan sebaran yang merata di Jawa Tengah. Sehingga jika terjadi gempa di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya maka dipastikan gempa tesebut akan terekam, selanjutnya diproses untuk ditentukan magnitudo dan lokasi titik episenternya untuk diinformasikan kepada masyarakat.

Bunyi ledakan akibat gempa sangat dangkal lazimnya hanya terjadi sekali saat terjadi patahan batuan dan tidak berulang-ulang, seperti halnya peristiwa gempa dangkal yang mengeluarkan dentuman keras di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada 17 Februari 2014.

Gempa Lereng Merbabu saat itu memiliki magnitudo M 2,7 terjadi pagi hari pukul 06.01.19 WIB. Episenternya terletak pada koordinat 7,39 LS dan 110,48 BT dengan kedalaman 3 km. Seperti yang dilaporkan warga Desa Sumogawe, gempa yang merusak beberapa rumah ini diikuti suara dentuman keras hingga membuat warga resah, khawatir Gunung Merbabu akan meletus.

Ada beberapa kemungkinan penyebab suara dentuman saat terjadi gempa. Fenomena dentuman saat gempa dapat terjadi jika gempa memicu gerakan tanah berupa rayapan tiba-tiba dan sangat cepat di bawah permukaan. 

"Kemungkinan lain berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif, dalam hal ini ada mekanisme dislokasi batuan yang menyebabkan pelepasan energi berlangsung secara tiba-tiba dan cepat hingga menimbulkan suara ledakan," kata Daryono. 

Apalagi jika terjadinya patahan batuan tersebut terjadi di kawasan lembah dan ngarai atau di kawasan tersebut banyak rongga batuan sehingga memungkinkan suaranya makin keras karena resonansi. Beberapa peristiwa gempa Bantul 2006 juga mengeluarkan bunyi dan sempat meresahkan warga saat itu. Namun suara dentuman yang terjadi tadi pagi dipastikan bukan dari aktivitas gempa tektonik.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya