Solusi Jika Pandemi Corona Berlangsung Sampai Akhir 2020

VIVAnews - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia sejatinya sudah sangat jelek sebelum terjadinya pandemi virus corona atau Covid-19. Namun, dia menilai pandemi tersebut berkontribusi memperparah krisis ekonomi yang terjadi.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

"Ibarat orang yang sudah jalan sempoyongan kemudian ditinju. Pukulan berat ini membuat bangsa ini menjadi semakin sulit untuk menuju kemandirian ekonomi," kata Dahlan, dalam diskusi online yang digelar Pengurus Pusat Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PP KB PII), baru-baru ini.

Menurut Dahlan, di akhir-akhir Orde Baru, Indonesia sudah hampir menjadi negara industrialis yang mandiri dalam melakukan aktivitas produksi dalam negeri. Namun, setelah Orde Reformasi kondisinya berubah sehingga membuat kebanyakan pengusaha lebih suka hanya menjadi distributor produk-produk luar negeri terutama dari Tiongkok.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

"Kemandirian ekonomi hanya dapat diperoleh jika kegiatan produksi dilakukan sendiri di dalam negeri dan tidak terlalu mengandalkan bahan baku dari luar negeri," ujarnya.

Dahlan juga menambahkan bahwa sebetulnya tidak menjadi masalah jika Indonesia menjadi market produk-produk luar negeri, selama Indonesia juga memiliki produk-produk unggulan yang kompetitif untuk dipasarkan ke luar negeri. Ia mencontohkan dalam hal perdagangan dengan Tiongkok, Indonesia sebaiknya lebih fokus bermain di produk-produk perkebunan terutama buah-buahan tropis seperti durian, manggis, rambutan, pisang dan alpukat.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

"Indonesia boleh saja dibanjiri oleh barang-barang Tiongkok namun Indonesia juga harus membanjiri Tiongkok dengan produk-produk perkebunan tersebut," katanya.

Ia menyarankan agar selama dan pasca pandemi Covid-19, Indonesia lebih memfokuskan diri membangun kemandirian ekonomi di sektor pertanian dan perkebunan.

Sementara itu, Sosiolog Najib Azca menilai masalah di bidang kesehatan sekarang ini telah berdampak terhadap krisis ekonomi. Kemudian krisis ekonomi tersebut mengakibatkan keresahan sosial dan potensi kerawanan sosial.

"Bahkan, masalah sosial ini bisa berujung pada kemungkinan terjadi krisis di bidang politik," katanya.

Dia mengingatkan akan potensi-potensi dampak ikutan lain yang harus diantisipasi dan dipersiapkan jika pandemi ini berlangsung dalam durasi yang panjang.

Meskipun demikian, Najib mengatakan bahwa Indonesia diuntungkan dengan adanya kekuatan modal sosial dan solidaritas sosial yang kuat. Dalam hal ini, Indonesia menduduki peringkat kelima dunia dari sisi kekuatan modal sosialnya, dan rangking paling atas dalam hal indeks memberi (world giving index).

"Secara tidak langsung, modal sosial ini sangat membantu kerja pemerintah dalam menanggulangi pandemi," katanya.

Namun, ia juga memprediksi apabila pandemi ini berlarut-larut hingga berganti tahun, kekuatan modal sosial Indonesia dalam menopang bantuan sosial terhadap masyarakat miskin dimungkinkan hanya dapat bertahan maksimal hingga akhir tahun 2020.

Sebagai alternatif solusi untuk menghadapi normalitas baru (the new normal), ia menyarankan untuk mengembangkan sociopreneur di kalangan masyarakat, yakni program-program sosial yang dirangkai dengan jiwa entrepreneurship agar program sosial tersebut dapat sustainable.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya