LSI Denny JA Sebut Penerapan PSBB di 18 Wilayah Belum Maksimal

Penerapan PSBB di Kabupaten Gowa, Sulsel. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • VIVAnews/ Irfan (Makassar)

VIVAnews - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA melakukan survei terhadap penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di 18 wilayah Indonesia untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 pada awal Maret-6 Mei 2020. Hasilnya menunjukkan masih belum maksimal.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, menjelaskan penerapan PSBB secara umum yang diterapkan di 18 wilayah Indonesia belum maksimal. Menurut dia, belum terjadi efek kategori sangat bagus yaitu efek yang secara grafik menunjukkan penurunan sangat drastis kasus baru.

“Seluruh komponen masyarakat dan pemerintah daerah harus lebih maksimal menerapkan PSBB. Jika tidak, situasi ini akan memperpanjang masa pemulihan di Indonesia,” kata Ardian kepada wartawan pada Minggu, 10 Mei 2020.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Menurut dia, penyebab efek penerapan PSBB di 18 wilayah Indonesia belum maksimal pada empat kegiatan yakni kegiatan agama, kegiatan di tempat atau fasilitas umum, kegiatan sosial budaya dan kegiatan transportasi umum.

“Dari empat kegiatan itu, terjadi banyak pelanggaran di 18 wilayah dalam derajat yang berbeda, terutama pada kegiatan agama dan kegiatan di tempat umum,” ujarnya.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Harusnya, kata dia, Indonesia bisa mencontoh negara di dunia yang sukses menekan penyebaran virus dari Wuhan ini. Misalnya, efek kategori A atau istimewa terjadi setidaknya pada empat negara yaitu Korea Selatan, Jerman Australia dan Selandia Baru.

“Dari grafik rentang satu sampai dua bulan, pada empat negara itu terlihat puncak pandemik sudah terlewati. Kasus baru menurun secara sangat drastis,” kata dia.

Nah, Ardian mengatakan pihaknya mengamati grafik PSBB di 18 wilayah (hanya 18 wilayah yang diperoleh datanya oleh LSI Denny JA), belum ada satu pun wilayah yang saat ini menerapkan PSBB masuk ke dalam tipologi A atau istimewa.

“Seperti grafik penambahan kasus di 4 negara yakni Jerman, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Australia yang mengalami penurunan drastis, Indonesia tidak ada satu pun wilayah yang datanya menunjukan penurunan kasus secara drastis,” katanya.

Ardian menyarankan pemerintah daerah bersama pemimpin masyarakat, ulama, Ketua RT, para influencer, kepala rumah tangga harus lebih giat lagi menerapkan PSBB. Sebab, satu-satunya senjata sampai vaksin belum ditemukan adalah PSBB dan protokol kesehatan.

“Bersama kita targetkan, di bulan ini, Mei 2020, kasus baru terpapar Covid-19 harus menurun drastis,” katanya.

LSI Denny JA menggunakan metodologi riset kualitatif dengan kajian data sekunder dari tiga lembaga, yakni Gugus Tugas Nasional Covid-19 (Data harian 18 Wilayah PSBB dari awal Maret-6 Mei 2020), Worldometer dan WHO.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya