Nasib Buruh saat Krisis Corona: Tak Dapat Pesangon, Tabungan Habis
- bbc
Jumlah pekerja yang terimbas pemutusan hubungan kerja (PHK) karena wabah virus corona sudah mencapai lebih dari dua juta orang. Hari Buruh yang jatuh pada Jumat (1/5) pun disambut dengan suram oleh para buruh yang kehilangan pekerjaan dan tidak dapat menyuarakan aspirasinya ke jalan karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Mansyurruman kehilangan pekerjaannya di sebuah pabrik manufaktur mesin-mesin industri dan konstruksi di Sidoarjo, Jawa Timur. Pria berusia 38 tahun ini di-PHK oleh pabrik tempatnya bekerja selama 13 tahun awal April, dan sekarang ia dan rekan-rekannya sedang memperjuangkan hak untuk mendapat pesangon. Ia menghitung pesangon yang seharusnya didapatkannya sebesar lebih dari Rp107 juta.
"[Hari Buruh] tahun ini sangat jauh berbeda [dibanding tahun kemarin]. Masalahnya untuk tahun ini [acara yang digelar pada] 1 Mei agak berkurang. Dulu kan bisa tumpengan, menggelar acara tahlilan, sekarang tidak bisa, cuma bisa mengucapkan selamat May Day, karena keterbatasan PSBB," kata ayah tiga anak ini kepada BBC Indonesia (29/04).
Ketika diberitahu bahwa ia di-PHK dari pabrik, pria yang akrab disapa Mansyur ini merasa "agak goyah" dan "campur aduk."
"Agak goyah ya, maksudnya [saya] punya kebutuhan [membayar kredit] di bank, ada sepeda motor, bayar kontrakan, anak yang masih sekolah. Mau mudik [ke Jember] tidak bisa, [ada] PSBB, jadi mau tidak mau harus menetap di sini dulu sementara," katanya.
"[Perasaan saya] campur aduk, pusing, kalau tidur itu gak bisa, pikirannya bercabang-cabang."
Ia mengatakan tengah mencari pekerjaan lain namun hal tersebut sulit dilakukan di tengah keterbatasan pergerakan karena PSBB.