Jurus Warga Indonesia Hadapi Pandemi Corona: Semangat Gotong Royong
Ia menambahkan, kondisi pandemi seperti saat ini telah membuat rakyat Indonesia kembali ke modal sosialnya, yaitu gotong royong.
Namun peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengingatkan dilihat dari kapasitas fiskal negara, alokasi belanja Indonesia untuk perlindungan sosial memang sangat kecil.
Peneliti INDEF, Bhima Yudhistira, menilai ada unsur ketidakmampuan pemerintah di balik gerakan solidaritas warga. (Supplied: Bhima Yudhistira)
"Sebelum COVID-19, rasio belanja sosial terhadap GDP Indonesia hanya 2,1%, terburuk di Asia. Itu artinya, tanpa COVID-19 saja secara fiskal jaring pengaman sosial kita tidak siap," kata Bhima kepada Hellena Souisa dari ABC.
"Menurut saya, munculnya berbagai solidaritas masyarakat itu karena mereka sadar kalau menunggu dari [bantuan] pemerintah terlalu lama dan sulit diharapkan," tambahnya.
Selain itu, menurut Bhima, masih banyak warga yang khawatir bantuan yang diterimanya akan dikorupsi.
Bhima berharap, dengan kapasitas yang terbatas, pemerintah bisa mengalokasikan anggaran bersadarkan skala prioritas.
Selain realokasi anggaran ibukota baru, misalnya, ia juga pernah mengusulkan presiden untuk menimbang ulang keberadaan lembaga-lembaga negara yang tidak produktif dan tidak bermanfaat, seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
"Buat apa menggaji pembinanya ratusan juta rupiah per bulan, menghabiskan Rp208 miliar per tahun untuk BPIP?"
"Sekarang kita perlu Pancasila di perut orang miskin dan di perut orang yang di-PHK," pungkasnya.