Uji Coba Plasma Darah Penyintas Covid-19 Sudah Dimulai di Indonesia
"Kalau vaksin kita masih harus menunggu berbulan-bulan. Di negara maju pengembangan vaksin pun baru sampai fase uji klinis yang pertama. Jadi masih butuh waktu memastikan apakah dia cukup efektif atau tidak. Sedangkan terapi plasma convalescent ini dapat diberikan segera, dalam waktu yang relatif singkat, mungkin satu bulan dari sekarang, kita harapkan bisa mulai," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa uji klinis ini akan melibatkan lebih banyak rumah sakit di Indonesia.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa telah mengatakan bahwa peneliti wajib menerapkan protokol kesehatan yang benar agar keamanan pasien dan donor terlindungi.
"Jangan sampai dilanggar, karena saya tidak ingin ada masalah. Kode etik dan protokol harus diikuti. Persetujuan dari pasien yang akan sukarela menjadi objek percobaan juga harus diperhatikan. Tidak boleh ada tekanan. Sehingga tidak ada masalah di kemudian hari," tegas Jenderal TNI Andika Perkasa, seperti ditulis oleh akun resmi Angkatan Darat di Facebook.
Pakar biologi molekuler Ahmad Rusjdan Utomo mengatakan bahwa uji klinis plasma darah ini sebaiknya diawasi oleh pusat pendidikan dan hasilnya diterbitkan dalam jurnal ilmiah agar bisa dipelajari oleh berbagai pihak.
"Yang mengerjakan harusnya di pusat pendidikan supaya kriterianya bisa detail. Kalau tidak detail kriterianya jadi masalah baru nanti. Kita harus tahu subtipe antibodinya apa dan bisa menetralisir virusnya atau tidak, ini bisa rumit. Saya tidak mengatakan jangan dilakukan, saya mengatakan tolong kalau nanti mengerjakan itu di bawah supervisi pusat pendidikan. Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia misalnya. Jadi semua itu terkontrol," ujar Ahmad.
Uji coba plasma darah di berbagai negara
Di Inggris, NHS Blood and Transplant (NHSBT) meminta orang-orang yang sembuh dari Covid-19 untuk menyumbangkan darah sehingga lembaga kesehatan itu bisa menguji coba terapi tersebut.