Polling VIVAnews: 91,54% Responden Setuju Napi Kambuhan Ditembak Saja
- ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
VIVA – Pembebasan para napi lebih cepat dari lembaga pemasyarakatan (Lapas) lewat program asimilasi ternyata lebih dipandang membawa masalah ketimbang manfaat. Walau tidak semuanya, namun tidak sedikit napi yang dibebaskan lebih cepat dalam rangka memutus rantai penularan virus corona di Lapas yang bikin resah masyarakat.
Apalagi belakangan ini muncul puluhan kasus kejahatan yang ternyata dilakukan oleh residivis yang bebas cepat. Akhirnya, kebijakan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yang membebaskan napi lebih cepat lewat program asimilasi itu mengundang kritik, termasuk dari pejabat Kepolisian RI.
Bahkan, Kepolisian Daerah Jawa Tengah, sudah bertekad tidak segan-segan menindak tegas residivis yang berbuat kriminal lagi, yaitu tembak di tempat. Itu sebabnya VIVAnews pekan lalu menggelar polling singkat dengan pertanyaan: Apa Anda setuju napi yang bebas cepat karena wabah corona ditembak saja bila berbuat kriminal lagi?
Diikuti oleh 875 pengunjung laman utama VIVAnews, komposisi jawabannya sangat timpang. Hanya 74 responden (8,46%) yang menjawab "Tidak Setuju". Selebihnya, 801 responden (91,54%) menjawab "Setuju" bila residivis yang bebas cepat itu ditembak saja bila berulah lagi.
Para warganet yang memberi tanggapan atas polling di atas, lewat akun VIVAnews di Facebook, rata-rata mendukung langkah keras atas para residivis kambuhan itu. Salah satunya dari Nanik Haryani.
"Setuju sekali [ditembak], karena bikin resah masyarakat, jadi masyarakat tidak tenang. Lagipula masyarakat diselimuti rasa cemas atas 2 masalah. Pertama, virus Corona, masyarakatnya susah diatur, semaunya sendiri. Kedua, napi, virus berkepala dan berjalan-jalan," ujarnya.
Dukungan serupa datang dari Adhi Rahardi. "Setuju sekali, tembak di tempat aja. Satu peluru Rp25 ribu, kalau dimasukkan ke sel lagi uang makannya sehari 3 x sudah lebih dari 25 ribu."
Sedangkan Hartanto mengajukan usul yang unik. "Masukkan ke kandang harimau atau buaya. Lumayan ngurangi belanja negara buat merawat harimau dan buaya."
Sementara itu, Al Giffari Tamala memberi kritik kepada pejabat yang mengeluarkan kebijakan membebaskan napi lebih cepat itu. "Coba tanya menteri yang punya kebijakan. Dulu dia bilang yang nggak setuju buat ngelepas napi, nggak punya jiwa kemanusiaan. Sekarang kalau ditembak rasanya lebih tidak berperi kemanusiaan."
Sedangkan Fajar Vicky mengutarakan pendapat yang berbeda. "Tidak setuju. Bagaimana nasib keluarganya, seandainya dia tulang punggung keluarga? Dibikin jera saja. Gunakan Hukum Islam."