Belva Mundur, Persoalan Ruang Guru di Mitra Kartu Prakerja Belum Final
- Fotografer Presiden Agus Suparto.
VIVA – Keputusan Adamas Belva mundur sebagai Staf Khusus Presiden Joko Widodo, di satu sisi, harus dihormati. Meski demikian, polemik Ruang Guru yang dipilih sebagai salah satu mitra Kartu Prakerja, tetap akan berlanjut.
Demikian Wakil Ketua Fraksi PAN DPR, Saleh P Daulay. Dia menilai, persoalannya bukan pada posisi Belva sebagai staf khusus, tetapi Ruang Guru – di mana Belva sebagai CEO (Kepala Eksekutif Korporat) – menjadi salah satu mitra di proyek Kartu Prakerja senilai Rp20 triliun itu.
"Ada teman yang bilang, sayang sekali dia mundur. Katanya, kalaupun mundur, tetap saja polemiknya tidak selesai. Bahkan, orang akan mengatakan bahwa dia hanya mundur beberapa langkah untuk maju triliunan langkah," kata Saleh dalam siaran persnya, Rabu 22 April 2020.
Dalam surat terbuka yang disampaikan Belva itu, Saleh melihat pengunduran diri Belva lantaran posisinya sebagai staf khusus. Tapi Saleh menilai, masalahnya bukan pada posisi itu. Tetapi transparansi pemerintah yang menunjuk Ruang Guru sebagai salah satu mitra yang menggarap proyek triliunan itu.
Sementara di sisi lain, ada Belva yang menjadi staf khusus Presiden dan saat bersamaan adalah CEO Ruang Guru. Maka menurutnya, apabila proses ini bisa dijelaskan secara terbuka, persoalan ini bisa dimaklumi.
"Sejak awal, orang kan tidak mempersoalkan soal posisinya sebagai staf khusus. Yang dipersoalkan adalah soal proses penunjukan lembaganya sebagai mitra kartu prakerja. Kalau itu masalahnya, bukankah sebaiknya prosesnya yang dijelaskan secara terbuka. Dengan begitu, semua orang menilai bahwa itu wajar. Karenanya, tidak perlu dipersoalkan," jelas mantan Ketum Pemuda Muhammadiyah itu.
Justru dengan mundurnya Belva tanpa ada penjelasan soal penunjukan Ruang Guru sebagai mitra kartu prakerja itu, malah tidak menyelesaikan persoalan. Polemik akan terus bergulir, meski Belva sudah bukan orang Istana lagi.
"Kalau mundur seperti ini, bisa jadi orang malah menyangka bahwa ada sesuatu yang tidak wajar. Bahkan, ketidakwajaran itu ditunjukkan oleh sikap Adamas sendiri. Buktinya tidak wajar, dia mengundurkan diri. Kalau semua sesuai aturan, kan tidak perlu mengundurkan diri. Apalagi, dia mengatakan bahwa keputusan mengundurkan diri itu adalah keputusan yang berat," jelasnya.