Logo BBC

Budaya Patriarki dan Beban Ganda Bayangi Pemimpin Perempuan

`Tak hanya soal identitas ketubuhan`

Meski kesadaran untuk mendorong perempuan mengambil peran aktif di ruang publik semakin meningkat, para pemikir isu gender memberi catatan.

"Secara angka kita mau perjuangkan kesetaraan. Kita mau meningkatkan angka bukan dengan buta siapa saja bisa masuk. Saya akan sangat hati-hati untuk tidak menyejajarkan angka dan kualitas [..] ini [juga] soal apakah struktur politiknya berhasil berubah.

"Ini bukan sesuatu yang selesai ketika identitas ketubuhannya perempuan. Cek perempuan itu berasal dari struktur seperti apa dan ia masuk ke struktur seperti apa. Perempuan dengan latar akar rumput pasti akan berbeda meski ia masuk DPR," kata Anna.

Kurniawati meyakini latar belakang seorang perempuan akan menentukan komitmennya terhadap isu-isu yang menjadi permasalahan perempuan.

"Perempuan yang tidak punya kepedulian dan keterlibatan [dalam isu gender] hampir tidak mungkin tiba-tiba menjadi peduli. Kita harus mendorong parpol untuk melibatkan kelompok sipil sejak penjaringan [kandidat] untuk memunculkan semakin banyak kandidat perempuan yang siap berkontestasi," katanya.

Meski kenaikan angka tidak menjamin keterwakilan perspektif, Anna tetap meyakini pentingnya kebijakan afirmasi.

"Studi menunjukkan, jika ada 10 orang dalam suatu forum dan ada kelompok minoritas di dalamnya, kelompok ini hanya berani bersuara jika setidaknya punya tiga orang anggota," kata Anna.

Tantangan dan beban ganda

Meski gerakan mendorong kesetaraan gender di Indonesia semakin meluas, perkembangan ini tidak semata-mata meringankan beban perempuan yang ingin berperan aktif di ruang publik.

Peran domestik yang masih dibebankan pada perempuan dan masih kurangnya dukungan yang terstruktur dan sistematis kerap dianggap sebagai penghalang jalan perempuan ke posisi teratas.