Warga Manggarai NTT Tolak Wilayahnya Jadi Tempat Karantina Corona
VIVA – Masyarakat Kelurahan Golo Dukal memprotes atas rencana Pemkab Manggarai Nusa Tenggara Timur yang akan menjadikan Wisma Atlet Golo Dukal sebagai tempat karantina untuk pemudik ke Manggarai.
Aksi protes warga itu digelar ketika Bupati Deno Kamelus dan jajarannya tengah melakukan kerja bakti membersihkan lokasi yang disiapkan untuk tempat karantina. Perang mulut Bupati Deno dan warga pun tak terhindarkan.
Seperti dipantau VIVAnews, masyarakat yang terdiri para pemuda dan tokoh adat mengatakan rencana tersebut sepihak dan tanpa sosialisasi dengan warga.
Warga dalam tuntutannya menolak menampung pemudik di Kelurahan Golo Dukal karena takut tertular Covid-19. Rupanya informasi yang minim tentang penularan virus corona menjadi alasan masyarakat kekeh menolak rencana karantina.
"Orang-orang yang akan dikarantina di wisma atlet adalah orang-orang pembawa virus corona dan mengancam kesehatan warga sekitar. Kami tolak, siapa tanggung jawab kalau kami di sini kena sakit semua," kata warga bernama Nikodemus Jemali.
Nikodemus juga menyinggung sejarah penyerahan tanah komunal mereka bukan untuk dihuni oleh orang berpenyakit tapi untuk olahraga. Sebagai informasi, lokasi wisma Atlet Golo Dukal konon merupakan tanah ulayat yang diserahkan ke pemerintah di masa kepemimpinan Bupati Anton Bagul tahun 2000 silam.
"Kami dulu serakan lokasi ini untuk olahraga bukan untuk orang penyakit. Sekarang corona bikin cemas, untuk pegang jenazah orang tua kami yang mati saja kami takut. Kami minta batalkan rencana itu," ujarnya.
Bahkan warga siap bertaruh nyawa jika Wisma Atlet tetap dipakai untuk karantina. "Bagi orang Leda ini penyakit. Jangan semena-semena negara bawa penyakit. Tolong dicatat kekuasaan itu kami lawan dengan nyawa," sergah Demo.
Meskipun dicegah warga, Bupati Deno tetap memerintahkan jajarannya untuk membersihkan bangunan dua lantai tersebut. "Ayo kerja,kita tetap bersihkan di dalam, masa untuk bersih dilarang," kata
Dialog
Namun setelah itu bupati dan masyarakat berdialog mencari jalan keluar. Bupati Deno mengatakan rencana karantina bisa dilakukan bisa tidak, tergantung eskalasi pemudik yang datang.
"Ini yang datang dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Bali itu anak-anak kita di sana, mereka sudah tidak kerja, tidak kuliah, bahkan sudah ada yang tidak makan di sana," katanya.
"Apa yang kita lakukan termasuk berpikir untuk menyediakan tempat karantina adalah upaya pencegahan Corona. Jangan dikira kita tidak berpikir tentang masyarakat di sekitar sini, tapi kan kita belum sampai ke sana, ada waktunya kita berdialog," imbuhnya.
Dipimpin langsung Bupati Deno, kerja bakti di lingkungan Wisma Atlet Golo Dukal tetap dilanjutkan. Bupati tidak saja menebas rumput tapi juga mengepel lantai.
"Saya kira apa yang mereka katakan bagian dari kewaspadaan terhadap Covid-19 ini sehingga ekspresinya macam-macam. Ada semacam ketakutan jika satu ketika tempat ini dijadikan tempat karantina lalu kemudian itu berdampak kepada mereka. Kita lihatlah nanti seperti apa kita tentu punya opsi karantina terpusat atau tetap karantina di rumah," ujarnya.
Laporan: Jo Kenaru/Manggarai NTT