Misa Ditiadakan, Pastor di Ruteng Beri Pemberkatan Daun Palma di Jalan

VIVA – Keuskupan Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) meniadakan misa bersama di gereja dalam tiga pekan terakhir ini. Hal itu mengikuti protokol penanggulangan virus corona Covid-19 yang diterbitkan pemerintah.

Keren, Ajang Lari Ini Kumpulkan Rp3,2 Miliar untuk Penyediaan Air Bersih di Pelosok Indonesia

Sejak 22 Maret 2020, Keuskupan Ruteng sebagai keuskupan dengan jumlah umat Katolik terbanyak Indonesia mengganti misa mingguan secara online.

Sejak aturan ini dibuat melalui Surat Pastoral yang ditandatangani Uskup Ruteng Mgr. Siparianus Hormat, umat Katolik di tiga kabupaten yakni Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat bisa mengikuti misa di rumah masing-masing secara live streaming di kanal YouTube dan radio milik Keuskupan.

Dukungan Prabowo dan Jokowi Disebut Tingkatkan Suara Melki-Johni di Pilkada NTT

Bersamaan dengan berlakunya protokoler penanggulangan Covid-19, Gereja Katolik di seluruh dunia memasuki pekan suci perayaan Paskah 2020.

Dalam liturgis Katolik, Pekan Suci diawali dengan perayaan Daun Palma. Namun karena pandemi corona, misa ini ditiadakan. Sebagai gantinya, pastor datang langsung ke setiap KGB (Kelompok Gerejawi Basis) untuk memberi pemberkatan daun palma.

Ratusan TPS Rawan Membayangi Pilkada Manggarai, Termasuk Masalah Akses Internet dan Listrik

Hal itu juga dilakoni Romo Nando, Pastor Paroki Kristus Raja, Minggu, 5 April 2020. Ia dan beberapa rekan imam serta petugas paroki berjalan kaki ke setiap ruas jalan di dalam wilayah paroki, untuk memercikkan air suci kepada umat yang berbaris di jalan dan di depan rumah masing-masing sambil memegang daun palma.

Untuk bisa menjangkau semua 22 KGB di Paroki Krsitus Raja Mbaumuku, pastor Nando dan rekan imam menaiki mobil pick-up yang disediakan oleh umat.

Umat Sedih

Salah satu tokoh Katolik Paroki Kristus Raja, Yoce Nono, mengaku sedih mengikuti misa di rumah saja selama ini. Pria 76 tahun ini mengungkapkan baru kali menyaksikan misa secara online dan sedih tak bisa melaksanakan perarakan daun palem bersama ribuan umat di parokinya.

“Saya sudah 70 tahun lebih baru rasakan hal yang tak lazim dalam gereja Katolik. Mulai dari misa-misa hari Minggu yang ditiadakan juga hari ini tanpa ada misa dan perarakan daun palem. Kasihan juga romonya harus jalan kaki menyusuri wilayah paroki memberi pemberkatan,” kata Yoce Nono, usai menerima pemberkatan daun palma.

Namun ia mahfum, social distancing dalam rangka penanggulangan wabah Covid-19 memang harus ditaati untuk memutus mata rantai penularan virus yang mematikan ini.

“Yah mau bagaimana lagi, saya dan keluarga hanya bisa berdoa semoga badai virus corona segera berlalu,” ujarnya sambil mengatakan ia dan keluarga sudah dua pekan ini hanya beraktivitas di dalam rumah.

Dalam alkitab, misa Minggu Palem meriwayatkan ketika Yesus dielu-elukan oleh ribuan orang di tanah kelahiranya di Kota Yerusalem. Waktu itu, Yesus yang menunggangi seekor keledai disambut bak raja sambil melambaikan daun palma.

Setelah ritus pemberkatan palem, Gereja Katolik memasuki Tri Hari Suci yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Paskah. Namun karena covid-19 misa tiga hari suci ini ditiadakan.

Laporan Jo Kenaru (tvOne, Manggarai, NTT)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya