Unair dan ITS Kolaborasi Bikin Robot Pelayan Pasien Covid-19
VIVA – Universitas Airlangga (Unair) bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berkolaborasi mengembangkan robot pelayan bagi pasien terinfeksi corona untuk mengurangi kontak tenaga medis dengan pasien selama masa perawatan. Selain mengirim kebutuhan pasien, robot itu disebut memiliki kemampuan berkomunikasi dua arah sehingga bisa bertanya-jawab soal keluhan pasien.
Rektor Unair Mohammad Nasih mengatakan, robot yang dikembangkan bersama ITS itu diharapkan mampu mencegah potensi tertularnya tenaga medis dari virus Covid-19 yang menjangkiti pasien yang dirawat. “Robot itu bisa mengirim obat, makanan dan temperatur ke pasien. Progresnya bagus, siap untuk diaplikasikan. Tinggal beberapa proses penyempurnaan akhir,” katanya pada Rabu, 1 April 2020.
Tim pengembang robot pasien Covid-19 dari Unair, Niko Azhari Hidayat, menjelaskan bahwa robot yang dikembangkan bersama ITS memiliki monitor yang bisa berkomunikasi dua arah. Pasien bisa ditanya keluhan dan bisa mengambil temperatur yang diukur. “Jadi, hal seperti itu nantinya tidak sepenuhnya dikerjakan tim medis. Robot ini dapat mengurangi sebagian besar fungsi tim medis yang kontak dengan pasien,” ujarnya.
Karena robot, mesin tenaga medis itu tentu saja tidak memerlukan alat pelindung diri (APD). Dengan begitu dapat menghemat APD yang selama ini dirasa masih kurang. “Untuk pengoperasian robot, akan ruang kontrol yang berisi satu atau dua orang. Ruangan diset untuk bisa masuk secara otomatis,” kata Niko.
Meenurut salah satu tim dosen dari ITS, Muhtadin, robot itu merupakan modifikasi dari robot yang pernah dibuat oleh ITS dan sudah memasuki tahap uji coba. “Beberapa robot yang lain masih dalam proses pembuatan mekanik dan elektroniknya. Kira-kira dalam waktu satu minggu, robot yang lain sudah bisa masuk tahap uji coba,” ujarnya.
Muhtadin mengaku, banyak kendala dalam proyek yang telah berjalan selama dua minggu ini. Kurangnya finansial diakibatkan oleh belum adanya dana awal dari negara, dan akibat dari physical dan social distancing, menyebabkan tutupnya toko-toko mekanik dan elektronik.
“Mahasiswa yang pulang ke kampung, dan tidak berani ke kampus karena adanya lockdown ITS juga membuat kami kekurangan sumber daya manusia,” ujarnya.